Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terapi tumor folikuler dan papiler (Prof. Dr. E.A. Van Slooten)

Terapi tumor folikuler dan papiler (Prof. Dr. E.A. Van Slooten) - Pada tumor-tumor folikuler dan papiler yang berdiferensiasi dan pada karsinoma parafolikuler kemungkinan-kemungkinan untuk terapi kuratif adalah besar, terutama pada anak-anak muda, meskipun sudah dijumpai metastasis yang sangat luas di kelenjar-kelenjar limfe regional.

Pilihan terapi pertama adalah operatif, juga walaupun hampir jelas tidak dapat dikerjakan operasi radikal. Karena terutama pada karsinoma papiler kerap kali didapat berbagai sarang tumor di dalam tiroid, maka tindakan bedah terbaik adalah dengan tiroidektomi total tanpa mengorbankan nervi recurrentes dan kelenjar paratiroid, kecuali kalau keduanya telah terinfiltrasi tumor.

Di samping itu ada baiknya jika kelenjar gondok yang masih bisa berfungsi dibersihkan kalau kemudian ternyata diperlukan terapi dengan J radioaktif sesudah operasi. Kecuali jaringan tiroidnya kelenjar-kelenjar limfe yang mengandung metastasis juga harus diangkat.

Karena kerapkali tidak mungkin pada eksplorasi menilai dengan teliti ada atau tidaknya metastasis kelenjar maka perlu persiapan ''frozen section'' selama operasi untuk memeriksa kelenjar limfe. Jika sesudah operasi diperkirakan masih ada jaringan tumor yang tertinggal, baik dalam daerah operasi maupun di luar daerah operasi, diberikan terapi tambahan.

Jika secara teknis tidak mungkin dikerjakan reoperasi, walaupun sesudah 6-10 minggu daerah operasi pertama itu telah tenang kembali, maka ada 2 kemungkinan terapi. Jika skintigram yang biasanya dibuat 10-20 hari sesudah operasi, menyerap baik J131, maka diberi terapi dengan J131 dosis tinggi misal 100-150 millicurie, jika perlu didahului pemberian singkat TSH (Thyroid Stimulating Hormone) untuk meningkatkan afinitas jaringan terhadap jodium.

Terapi ini membutuhkan perawatan di suatu tempat khusus. Kira-kira 3 bulan sesudah terapi skintigrafi diulang kembali. Jika tumor tidak menyerap jodium atau hanya sedikit maka harus dikerjakan radiasi eksternal dengan dosis yang sangat tinggi pada lapangan yang sangat terarah yang bisa ditunjukkan oleh ahli bedah dan ahli patologi anatomi, kalau perlu dengan pertolongan skintigram yang tipis.

Karena percepatan pertumbuhan karsinoma folikuler dan karsinoma papiler banyak tergantung dari TSH, maka sesudah terapi yang hampir selalu meniadakan sebagian atau seluruh fungsi tiroid, baik dengan eksisi ataupun radiasi, diberikan hormon tiroid dosis tinggi sehingga produksi TSH ditekan.

Penetapan dosis hormon tiroid dapat diatur atas dasar gejala-gejala klinik dan pemeriksaan kadar TSH plasma. Biasanya terapi ini diberikan untuk pengamanan, karena tidak selalu dapat diketahui apakah semua jaringan tumor dapat diangkat semua atau belum.

Pada penderita yang jelas masih ada sisa jaringan tumor yang tidak dapat dimusnahkan ternyata pemberian hormon tiroid dalam dosis subtoksis memberikan interval bebas gejala yang sangat lama. Sebagian penderita ternyata sampai 10 tahun sesudah tindakan ini masih bebas dari menifestasi residif.

Karena cara pertumbuhan dan pola metastasis, keadaan klinik karsinoma yang tidak terdiferensiasi sangat berlainan. Tumor-tumor ini jarang yang dapat diterapi kuratif dengan bedah. Hampir semua karsinoma jenis ini hanya dapat diterapi radiasi paliatif. 

Ini bukan berarti kita tidak perlu memberikan radiasi dosis tinggi guna menghindari kemungkinan residif lokal. Bahkan sebaliknya; justru yang penting adalah berusaha mencegah penderita meninggal karena pertumbuhan tumor lokal di leher. Kemungkinan untuk meringankan penderita sangatlah kecil jika telah terjadi metastasis jauh. Sayang maksud ini jarang dapat dicapai. 

Belum diketahui apakah kombinasi khemoterapi dan radiasi dapat meningkatkan hasil terapi. Terapi dengan isotop radioaktif tidaklah mungkin karena tumor yang tidak terdiferensiasi ini tidak atau hampir tidak menyerap jodium.
Bagaimanapun juga sesudah terapi karsinoma tiroid penderita seumur hidup harus diberi hormon tiroid secukupnya untuk menghindari stimulasi sel-sel tumor yang tersisa oleh TSH; jadi sebaiknya dosis setinggi subtoksik.