Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Suntikan obat-obat neurolitik (Prof. Dr. Joh Spierdijk)

Suntikan obat-obat neurolitik (Prof. Dr. Joh Spierdijk) - Menurut Metha (1973) penggunaan fenol 5% dalam gliserin adalah obat standard untuk penanggulangan nyeri pada penderita kanker. Selama belum ada anestetikum lokal dengan daya kerja beberapa minggu, harus digunakan obat-obat destruktif untuk memutus penghantaran di dalam sistem aferen.

Obat ini disebut obat-obat neurolitik. Di samping fenol dalam gliserin, dalam air atau dalam 'myodil' sehingga obat tersebut dapat dilihat secara fluoroskopik, digunakan juga khlorokresol 3-5% dalam pelarut serupa atau dalam alkohol absolut atau 50%.

Dengan penggunaan obat-obat ini dapat dicapai penghentian nyeri secara drastis. Injeksi intratekal kebanyakan dilakukan pada daerah torakal, lumbal dan sakral. Untuk daerah servikal tekniknya amat sukar, maka digunakan suntikan ke dalam rongga epidural.

Sebagian penulis menyukai suntikan epidural di semua tingkat. Dengan dosis yang tepat dan secara teliti menempatkan penderita dalam posisi yang tepat pula, dapat dicapai maksud menghambat syaraf sensibel tanpa mempengaruhi fungsi serabut motorik. Ini terutama penting untuk mempertahankan fungsi kandung kencing dan rektum.

Suatu variasi penggunaan zat neurolitik yang diberikan peridural adalah dengan memasukkan sebuah kateter di dalam rongga epidural, dan melalui kateter itu dimasukkan anestetikum lokal yang memiliki daya kerja lama. Keuntungan metode ini ialah, bahwa komplikasi motorik hanya berlangsung untuk sementara waktu, sedang kerugiannya ialah diperlukan suntikan 2 a 3 kali sehari.

Ketakutan sementara dokter untuk menyuntikkan fenol atau alkohol intratekal yang penuh resiko ini, menyebabkan timbulnya beberapa variasi teknik pelaksanaannya. Misalnya dianjurkan suntikan intratekal larutan garam hipertonik (NaCI 8-15%) baik pada suhu tubuh maupun sesudah didinginkan pada 4.

Dengan cara ini maka serabut-serabut C yang menghantarkan impuls nyeri secara selektif akan dihentikan fungsinya. Tetapi data-data mengenai hal ini belum begitu banyak. Penghentian nyeri kadang-kadang berlangsung lebih dari 3 bulan.

Metode lain yang sekarang sedang dikembangkan adalah ''barbotage'' cairan serebrospinal; 20 cc cairan lumbal diisap dan disuntikan lagi setinggi L111 dan L1v. Ini dikerjakan 15 a 20 kali dalam satu tindakan. Dengan cara ini dianggap dapat terjadi demielinisasi serabut-serabut syaraf. Hasilnya berkisar antara nihil sampai baik. Kadang-kadang didapat hilangnya rasa nyeri sampai lebih dari 6 bulan.

Akhirnya disebutkan hasil baik yang didapat dengan blokade ganglion coeliacum dan penghentian fungsi hipofisa. Untuk kanker di dalam perut bagian atas, khususnya pada karsinoma pankreas, didapat hasil-hasil yang amat baik dengan blokade ganglion coeliacum ini.

Kalau blokade ini belum dikerjakan pada waktu operasi, maka dapat dilakukan kemudian dengan bantuan fluoroskopi. Caranya dengan menyuntikkan 25 cc alkohol 50%, sesudah tempat itu diinfiltrasi dengan suatu anestetikum lokal.

Baca juga selanjutnya di bawah ini

Dokter keluarga dan penderita kanker (Dr. C.A. de Geus)

Mengenai penghentian fungsi hipofisa secara kimiawi (terutama di Italia) telah dilaporkan hasil-hasil yang baik, bukan hanya terhadap tumor-tumor yang hormonal sensitif, melainkan pada semua bentuk tumor. Untuk ini digunakan alkohol 1 sampai 2 cc. Suntikan dilangsungkan dengan fluoroskopi dan dapat dilakukan transnasal.