Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pencegahan tumor traktus digestivus (Prof. Dr. E.A. van Slooten)

Pencegahan tumor traktus digestivus (Prof. Dr. E.A. van Slooten) - Pertanyaan pertama yang muncul adalah adakah kemungkinan mencegah terjadinya tumor ini. Karsinoma esofagus dan kemungkinan juga karsinoma pankreas di Negeri Belanda terdapat sedikit lebih banyak pada peminum alkohol dan perokok daripada golongan penduduk lainnya.

Kampanye anti penggunaan berlebihan alkohol dan tembakau yang diharapkan akan menurunkan frekwensi karsinoma esofagus tampaknya masih belum ada hasilnya, melihat masih meningkatkan penggunaan alkohol dan tembakau tiap tahun penduduk.

Peranan sindroma Plummer Vinson (defisiensi besi-riboflavin, disertai kerusakan epitel hypopharynx, esofagus dan mulut) sebagai faktor karsinogen agaknya bisa ditekan, dengan meningkatnya kontrol medik terhadap para pelajar dan kenaikan tingkat kemakmuran penduduk.

Pada sebagian besar tumor esofagus tidak dikenal faktor etiologik ekstern, karena itu tidak bisa dicegah. Hal yang sama berlaku juga pada tumor usus halus dan usus besar dan tumor ganas hepar dan saluran empedu, dan hampir semua karsinoma pankreas.

Barangkali ada beberapa tumor yang terjadi karena kerusakan pankreas dengan nekrosis dan pembentukan batu akibat penggunaan alkohol yang berlebihan dan kronis. Kenaikan pesat frekwensi karsinoma pankreas dalam 30 tahun terakhir ini dari 300 menjadi 1.500 tiap tahun di Negeri Belanda menimbulkan dugaan kuat adanya suatu kompleks faktor ekstern yang belum diketahui.

Di semua negara Barat terjadi penurunan berangsur-angsur frekwensi karsinoma lambung, hingga angka kejadian karsinoma pankreas dan lambung kira-kira akan menjadi sama. Menyolok juga frekwensi karsinoma lambung pada golongan penduduk Jepang yang pindah ke Amerika Utara yang sangat menurun.

Orang-orang ini secara genetik tidak atau hampir tidak berubah, tetapi mereka berangsur-angsur menyesuaikan diri dengan cara hidup orang Barat. Berdasar atas data statistik, timbul dugaan bahwa ada hubungan kausal antara penggunaan garam dan frekwensi karsinoma lambung di berbagai negara. Spekulasi ini memiliki arti penting untuk penyelidikan lebih lanjut.

Angka frekwensi tumor usus besar sangat bervariasi di berbagai bagian dunia, sehingga menimbulkan dugaan kuat akan pengaruh besar dari kebiasaan makan dan susunan makanan. Walaupun demikian faktor etiologik yang jelas belum diketahui.

Anggapan bahwa oleh bakteri tertentu dibentuk zat karsinogen dari sisa makanan yang terdapat dalam kolon, terutama di negara Barat, tidak memiliki dasar yang kokoh untuk memberikan petunjuk pencegahan secara dietetik. Di samping itu masih disangsikan, apakah orang akan bersedia mengikuti petunjuk itu, kecuali jika terdapat keuntungan perongkosan dan keuntungan soal masak-memasak yang jelas. 
Pertanyaan kedua adalah dapatkah diagnosa dini memperbaiki prognosa, dan pertanyaan ketiga adalah harapan baru dengan berkembangnya metoda terapi baru. Barangkali akan lebih jelas jika kedua pertanyaan ini dibicarakan pada tinjauan masing-masing susunan organ.