Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terapi reseksi (Dr. P. Veeze)

Terapi reseksi (Dr. P. Veeze) - Reseksi kuratif dikerjakan jika stadium tumor memungkinkan untuk tindakan tersebut, dan jika ternyata keadaan penderitaan (kondisi umum, kondisi jantung dan saluran-saluran darah, faal paru) dalam jangka panjang masih memungkinkan dilakukan reseksi ini.

Sebelum operasi sudah harus dimulai fisioterapi, infeksi saluran pernafasan diberantas dan keadaan umum ditingkatkan sebaik mungkin. Operasi reseksi terdiri atas pengangkatan lobus paru yang terkena secara menyeluruh (en bloc) berikut saluran-saluran limfe dan kelenjar hilus yang bersangkutan, kalau perlu juga dengan kelenjar mediastinal yang dapat dicapai, serta kadang-kadang sebagian perikard.

Semua saluran darah aferen dan eferen ditutup, dan pleura serta (kalau perlu) perikard dijahit kembali. Luas reseksi (lobektomi atau pneumonektomi) terutama tergantung lokalisasi dan luas proses ganas itu sebagaimana terlihat pada thorax yang terbuka. Sebagai tindakan darurat pada faal paru yang marginal kadang-kadang juga dilakukan reseksi segmen, bahkan eksisi ''wedge'' (baji). Tetapi dengan teknik ini radikalitas operasi sangat diragukan.

Perawatan pasca bedah terutama ditujukan untuk menghilangkan darah dan cairan luka yang berlebihan dari thorax secara ''drainage'' singkat dan mengembalikan tekanan negatifnya dengan penghisapan, sehingga pengembangan bagian-bagian paru yang tersisa bisa lebih sempurna. Penderita, dengan dibantu ahli fisioterapi, harus berusaha membersihkan sendiri saluran-nafas-bawahnya dengan latihan batuk dan bernapas dalam.
Pada saat tersebut ada beberapa komplikasi yang mungkin mengancam di antaranya :

  • Gangguan irama jantung, kerapkali fibrilasi atrium, biasanya terjadi dalam beberapa hari pertama.
  • Pengembangan yang kurang baik pada bagian paru yang tersisa.
  • Atelektasis karena penutupan bronkhus oleh lendir dan sebagainya.
  • Hematothorax, kalau misalnya 'drain' tertutup. Mungkin diperlukan ulangan thorakotomi.
  • Fistula bronkhus karena bocornya ujung puntung bronkhus. Kadang-kadang ini harus ditutup dengan operasi ulangan.
  • Empyema thorax, komplikasi yang sangat berat, yang dapat timbul dini atau beberapa bulan kemudian. Infeksi dapat terjadi sebagai akibat fistula bronkhus atau akibat 'drain' yang terlalu lama ditinggalkan.
  • Cor pulmonale. Terutama kalau tahanan pulmonal (yang sesudah torakotomi biasanya meninggi) masih bertambah karena pengembangan kurang atau karena atelektasis.