Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lokalisasi intrakranial tumor otak (Porf. Dr. W. Luyendijk)

Lokalisasi intrakranial tumor otak (Porf. Dr. W. Luyendijk) - Kenaikan tekanan intrakranial (kenaikan tekanan otak) akan menimbulkan sindroma yang terciri oleh sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Keluhan-keluhan ini terutama terjadi pada waktu pagi. Jika kenaikan tekanan ini begitu tinggi, terutama pada tumor di sulkus dan girus otak belakang, bisa bersifat muntah ''proyektil''.

Selanjutnya penderita mengeluhkan perasaan abnormal yang tidak dapat diterangkan di dalam kepala, kerapkali disebutnya ''pusing-pusing''. Umumnya kwalitas psikik mengurang akibat turunnya daya konsentrasi dan pembatasan daya ingat.

Turunnya kesadaran berangsur-angsur melalui somnolensi dan semi (sub) koma, dan dapat berakhir dengan hilangnya kesadaran sama sekali. Sebelumnya sering terjadi gangguan visual, yang mungkin disebabkan kenaikan tekanan intrakranial pada papilla nervi optici (adema papil), atau karena permulaan kelumpuhan otot mata, yang kadang-kadang kelak menjadi lebih nyata, terutama sebagai kelumpuhan n.abducens.

Penurunan daya prestasi psikik tampak menyolok pada anak-anak; yang semula angka-angka rapornya baik kemudian menunjukkan penurunan. Serangan epileptik dapat juga disebabkan oleh tumor cerebri, terutama kalau timbul pada umur di atas 25 tahun, sedang sebelumnya penderita tidak pernah menunjukkan epilepsi dalam bentuk apapun dan juga tidak ada riwayat epilepsi di dalam keluarganya.

Pada setiap kasus epilepsia tarda harus dipertimbangkan kemungkinan sebab tumor otak. Konvulsi dapat berbentuk primer generalisata, atau dapat berbentuk fokal, tergantung lokalisasi prosesnya; makin dekat terhadap gyri centrales, semakin besar kemungkinan sifat fokal.

Untuk mengetahui sifat kejang dan teliti, terutama kalau serangan fokal kemudian menjadi serangan kejang umum, diperlukan keterangan dari orang-orang sekelilingnya yang pernah melihat serangan epilepsi tersebut dari permulaan.

Untuk itu dokter harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terarah terhadap ini : apakah penderita menunjukkan gejala-gejala aura, dari mana konvulsi dimulai, apakah mata tertuju ke satu arah, apakah penderita menunjukkan gerakan-gerakan oral (mengecap, menguyah, dan sebagainya).

Pada waktu dokter datang biasanya serangan telah berhenti, kecuali pada status epileptikus. Meskipun demikian ia harus melakukan pemeriksaan neurologik, karena gejala-gejala tinggalan pasca konvulsi (yang biasanya hanya bersifat sementara), seperti paresis penglihatan, monoparesis atau hemiparesis, dapat memberikan petunjuk yang berharga untuk menetapkan lokalisasi fokus epileptogennya, dengan dibantu data hetero-anamnesa yang disebutkan di atas.

Berbeda halnya dengan anamnesa tumor angulus cerebellopontinus dan tumor hipofisa. Pada tumor angulus cerebello-pontinus yang menyolok adalah keluhan dan gejala akibat iritasi serta hilangnya fungsi n. acusticus, seperti tinitus, vertigo (sensasi berputar terhadap lingkungan atau sensasi lingkungannya berputar) dan tuli unilateral.

Hal tersebut terakhir ini kadang-kadang tampak misalnya sebagai perubahan kebiasaan menelpon; semula menggunakan telinga kiri kemudian berubah menjadi kanan. Perubahan ini sering dianggap sepele atau penderita tan menyadarinya, dan baru setelah ditanya ia sadar bahwa pada percakapan telepon ia harus menempatkan gagang teleponnya pada telinga lain dari yang biasa digunakan dahulu.

Karena gangguan pendengaran ini kerap kali tidak mendapat perhatian semestinya, penderita sering baru dikirim ke ahli besah saraf kalau tumor angulus cerebello-pontinus ini telah sedemikian besar sehingga resiko operasi pun menjadi besar, yang sesungguhnya tidak perlu terjadi.

Kerap kali juga penderita mengeluhkan ketidakstabilan pada waktu berdiri dan berjalan (titubation cerebelleuse) pada tumor angulus cerebellopontinus yang agak besar meskipun keluhan ini tidak khas untuk tumor tersebut.

Tumor hipofisa memberikan warna khas dalam anamnesa. Sebelum timbul keluhan visus (kebanyakan hemianopsi bitemporal yang disebabkan tumor yang tumbuh di atas ''sella turcica'') biasanya telah tampak gangguan endokrinologik.
Akromegali dan sindroma Cushing biasanya telah dini membawa penderita ke dokter keluarga atau dokter ahli. Demikian juga pada tumor yang agak jarang seperti adenoma khromofob dan kraniofaringioma, bisa terjadi hipofungsi hipofisa dan akhirnya panhipopituarisme. Gejala dan tanda klinis endokrinologik akibat tumor hipofisa diterangkan lebih pada bab tumor-tumor endokrin.