Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Prinsip-prinsip terapi bedah (Dr. K. Welvaart)

Prinsip-prinsip terapi bedah (Dr. K. Welvaart) - Jika seorang ahli bedah mempertimbangkan terapi bagi penderita kanker, dua pertanyaan yang satu dengan yang lain berbeda prinsip tetapi berhubungan erat berikut harus dijawab, yaitu; terapi mana yang harus dipilih (kuratif atau paliatif) dan bagaimana cara terapi ini dapat dilaksanakan.

Jika titik tolak dalam hal ini adalah kesadaran, bahwa yang terapi itu bukan semata-mata tumornya, melainkan penderitanya, maka jawaban atas pertanyaan tersebut di atas tergantung dari berbagai faktor individual.

Pemilihan terapi.

Sebelum menentukan cara terapi, pada waktu analisa pra-operatif, dan kalau perlu ditambah dengan pendapatan-pendapatan selama operasi, haruslah dicari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini :

  • Apa jenis tumornya, bagaimana derajat keganasannya dan lokalisasinya terhadap organ-organ di sekelilingnya ?
  • Adakah hasrat metastasis pada jenis tumor ini, jika benar dengan jalan limfogen, hematogen atau per kontinuitatum ?
  • Sudah terjadikah pertumbuhan metastasis ?
  • Sejauh mana tumor itu terfiksasi terhadap organ-organ di sekelilingnya, sehingga tidak mungkin lagi diangkat (irresektabel) ?
  • Adakah kemungkinan mengangkat seluruh tumor dan tidak adakah tanda-tanda metastasis sehingga dapat direncanakan terapi kuratif ?
  • Apakah hanya terapi paliatif yang bisa dilaksanakan, mengingat telah terjadi metastasis di luar daerah atau sudah tidak mungkin lagi mengangkat seluruh tumor primer ?
  • Mengingat kondisi umum yang jelek, penderita barangkali inoperabel atau prosesnya sudah sedemikian luas, sehingga bergunakah operasi eksplorasi ?

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas bersama dengan hasil-hasil pemeriksaan fisis umum dan kalau mungkin dilengkapi dengan pemeriksaan histologik, haruslah dibuat taksiran harapan hidup penderita, dan sekaligus dipertimbangkan juga apakah penderita akan mendapat terapi atau tidak.


Untuk penaksiran ini digunakan angka-angka statistik ketahanan hidup lima atau sepuluh tahun. Survival juga ditentukan oleh kelainan lainnya yang menyertai yang mempengaruhi toleransi terhadap terapi atau secara langsung ikut menentukan prognosanya.
Jelaslah bahwa semakin singkat harapan hidup, terapi akan lebih bersifat konservatif. Jika keluhan penderita tidak begitu berat dan harapan hidupnya pendek, maka sebaiknya sikap yang diambil adalah tidak melakukan tindakan.