Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pemeriksaan diagnostik anamnesa

Pemeriksaan diagnostik anamnesa - Anamnesa berpusat pada riwayat perdarahan abnormal : 85% kasus karsinoma korpus menampakkan diri dengan perdarahan sesudah menopause; 15% didapatkan pada penderita gangguan mensis dalam klimakterium. Kadang-kadang keluar cairan yang berwarna seperti air daging sesudah menstruasi. Keluhan-keluhan perut jarang didapatkan pada karsinoma corpus dan jika ada merupakan gejala lanjut.

Pemeriksaan meliputi pertama-tama pemeriksaan fisik umum, dengan khusus diperhatikan pembengkakan kelenjar-kelenjar supraklavikuler, mungkin kelainan-kelainan mammae dan pembesaran hati. Kemudian dilanjutkan pemeriksaan in speculo dan palpasi ginekologik.

Pada waktu pemeriksaan dengan speculum diambil material untuk pemeriksaan sitologik. Sitologi cervical untuk diagnosa memiliki arti yang terbatas; hanya kira-kira separuh kasus menunjukkan adanya sel-sel tumor di dalam material. Pemeriksaan material yang didapatkan dengan aspirasi cavum uteri hasilnya lebih baik.

Beberapa penyelidikan berpendapat bahwa dengan cara ini dapat ditentukan 90% dari karsinoma corpus. Pada palpasi ginekologik penting ditentukan besar uterus dan pemeriksaan adanya pembesaran adneksa. Di samping itu, cavum Douglasi harus diplapasi dengan teliti (metastasis).

Diagnosa karsinoma corpus uteri hampir selalu dibuat dengan jalankan kuretasi percobaan. Peranan terpenting dalam menentukan indikasi tindakan ini adalah surat pengantar dokter keluarga. Tiap perdarahan yang timbul sesudah satu tahun menopause perlu konsultasi ke dokter ahli untuk kuretasi percobaan.

Yang menyulitkan adalah perdarahan-perdarahan yang tidak teratur di sekitar menopause (metrorroagi klimakterial), yang biasanya disebabkan karena disfungsi hormonal. Jika pemeriksaan saluran kencing yang baik dan sitologi cervical hasilnya negatif, cukup dikerjakan apa yang disebut ''kuretasi kimiawi'', dengan pemberian dosis tinggi eostrogen dan progesteron.

Jika sudah ini siklusnya masih tidak teratur, ini merupakan indikasi untuk kuretasi. Jika ada faktor ''high risk'' penderita di atas 40 tahun, diabetes mellitus, adipositas, hipertensi atau riwayat gangguan hormonal dalam anamnesa, justru pertama-tama dikerjakan kuretasi sebelum dijalankan terapi hormonal.

Mengingat kenaikan frekwensi karsinoma corpus uteri dan pembebanan yang hanya kecil oleh kuretasi (kadang-kadang di poliklinik saja), di kemudian hari kuretasi akan merupakan tindakan rutin bagi metrorragi klimakterium. 
Jika telah ditetapkan ada karsinoma corpus maka sebelum terapi harus ditetapkan lebih dahulu ada tidaknya metastasisnya (foto thorax, faal-faal hati, kalau perlu scanning hati dan limfografi). Mengingat hubungannya dengan diabetes, maka metabolisma glukosa perlu dianalisa.