Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Morfologi karsinoma cervix (Dr. F. Engel dan Prof. Dr. A. Schaberg)

Morfologi karsinoma cervix (Dr. F. Engel dan Prof. Dr. A. Schaberg) - Saluran kencing dan portio vaginalis cervicis uteri dilapisi oleh epitel gepeng berlapis, yang terdiri atas lapisan basal, lapisan intermedial, dan lapisan yang paling luar dinamakan lapisan superfisial. Epitel gepeng berlapis ini pada suatu ketinggian tertentu, yaitu yang dinamakan ''daerah peralihan'', berangsur-angsur berubah menjadi epitel silindrik yang melapisi endometrium cervix.

Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir bermuara di daerah peralihan ini dan lebih ke arah proximal ke dalam canalis endocervicalis. Epitel di daerah perlihan ini kadang-kadang tidak jelas sebagai epitel gepeng berlapis maupun sebagai epitel silindrik yang karakteristik sedang daerah peralihan itu pun kerapkali berubah-ubah temp[at (variabel).

Sebelum menarche dan sesudah menopause, daerah peralihan ini berada di dalam canalis cervicalis. Dalam masa subur dan lebih nyata di dalam masa kehamilan daerah peralihan ini berada di portio. Adanya epitel silindrik di daerah portio ini sering secara klinis dinyatakan sebagai ''erosio yang fisiologik'' atau ''ektopi''.

Kebanyakan karsinoma cervix bermula di daerah peralihan ini. Hal ini dapat menerangkan mengapa sebagian besar karsinoma cervix adalah karsinoma epitel berlapis atau squamous cell carcinoma atau karsinoma epidermoid, yang derajad diferensiasinya sangat bervariasi.

Adenocarcinoma cervix sangat jarang ditemui, tidak sampai 5% dari seluruh karsinoma cervix. Pada berbagai diskusi mengenai kejadian dan pertumbuhan karsinoma cervix, sering digunakan istilah-istilah yang membingungkan, di antaranya ialah sebagai berikut :

  • Metaplasia. Penggantian epitel silindrik oleh suatu epitel gepeng; sebaliknya sampai batas tertentu, mungkin pula penggantian epitel gepeng oleh epitel silindrik, dan hal ini dapat menerangkan pasang surutnya daerah peralihan.
  • Displasia. Suatu pertumbuhan reaktif dengan gangguan dalam proses kematangan dan diferensiasi sel-sel basal sampai pada epitel yang superfisial. Akibatnya struktur epitel ini akan terganggu pula. Di kenal adanya displasia ringan, sedang dan berat. Displasia dapat juga timbul dalam epitel gepeng yang metaplastik. Suatu epitel yang mengalami displasia perlu dibedakan dari epitel yang hiperplastik, yang hanya berupa penebalan epitel dengan kadang-kadang tanda-tanda hiperkeratosis dan parakeratosis.
  • Karsinoma in situ. Suatu karsinoma yang hanya terbatas sampai pada lapisan epitel saja, artinya membrana basalis belum ditembus .
  • Karsinoma mikro-invasif. Suatu karsinoma yang telah menembus membrana basalis (membrana basalis tidak lagi utuh) atau prosesnya sudah sampai jaringan ikat di bawahnya tetapi tidak lebih 5 mm.

Apa hubungan antara kelainan-kelainan yang telah disebutkan di atas dengan karsinoma cervix yang tumbuh invasif dan menunjukkan gejala-gejala klinis yang jelas ? Atau dengan lain perkataan, apa arti dan hubungan antara displasia dengan karsinoma in situ dalam masalah kejadian karsinoma cervix yang infiltratif ? Ada petunjuk nyata bahwa kebanyakan karsinoma cervix invasif didahului oleh stadium in situ dan stadium inipun didahului oleh suatu perubahan displastik.

Diferensiasi antara 2 hal yang terakhir ini sering sangat sukar, bahkan kadang-kadang tidak mungkin. Alasan paling penting yang dapat membuktikan rangkaian kejadian ini ialah hasil pengamatan bahwa penderita displasia cervicis umumnya lebih muda daripada wanita-wanita yang secara klinis menunjukkan karsinoma in situ, dan penderita karsinoma in situ lebih muda lagi dari penderita karsinoma yang invasif.

Rangkaian kejadian seperti yang disebut di atas sudah jelas, mengingat bahwa karsinoma yang invasif harus mendahuluinya. Yang paling penting adalah bahwa stadium displastik dan stadium yang belum invasif umumnya sudah ada sekitar 10-15 tahun sebelum pertumbuhan infiltratif benar-benar menjadi kenyataan.

Masalah pokok dalam diskusi sekitar karsinoma cervix pada saat ini adalah mengenai fase manakah dari proses itu yang masih reversibel. Suatu pemikiran bahwa karsinoma infiltratif bisa sembuh spontan nampaknya dapat dikesampingkan, akan tetapi bahwa suatu kelainan displastik masih dapat reversibel jelas dapat ditunjukkan.

Masalahnya sekarang ialah menentukan titik batas antara 2 stadia yang terakhir ini dengan reversibilitas tidak mungkin lagi, (the point of no return). Atas dasar morfologi hal ini tidak dapat ditunjukkan dengan pasti. Namun, sebagai patokan dapat dianggap, bahwa semakin lama perubahan displastik dan ketidaktenangan epitel itu berlangsung, semakin kecil harapan regresi.

Di samping itu ternyata pernah diketemukan beberapa kasus yang tidak mengikuti urutan tersebut di atas, dan suatu karsinoma cervix invasif dapat timbul lebih cepat di dalam epitel yang displastik atau dalam epitel gepeng berlapis yang normal. Perluasan karsinoma cervix yang infiltratif dapat melalui 3 jalan : perkontinuitatum, limfogen, dan hematogen.
Tumor tumbuh per kontinuitatum dalam saluran kencing, septum rektovaginale dan dasar kandung kencing. Penyebaran secara limfogen terutama terjadi ke arah paracervical dalam jaringan longgar parametrium dan ke dalam stasiun-stasiun kelenjar panggul kecil. Kemudian baru kelenjar-kelenjar paraaortal terkena dan akhrinya timbullah penyebaran secara hematogen (hepar, tulang).