Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Diagnostik dan penetapan stadium tumor leher

Diagnostik dan penetapan stadium tumor leher  - Pemeriksaan larynx dengan menggunakan cermin, yang disebut laringoskopi indirek, merupakan cara pemeriksaan terpenting. Bagi yang berpengalaman, hampir semua kasus dapat ditentukan ganas tidaknya. Kelainan larynx yang maligna di daerah ini, pada umumnya mudah dibedakan dari lesi-lesi yang benigna, (seperti polip, ''benjolan-benjolan nyanyi'' dan lain-lain) karena adanya ulserasi, batas tidak tegas, mobilitas plica vocalis yang kurang atau hilang dan sebagainya.

Interprestasi klinik hanya sukar pada kelainan yang termasuk premaligna pada selaput lendir larynx seperti telah dibicarakan di atas. Diagnosa harus selalu ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologik, dan eksisi sebaiknya dikerjakan dengan laringoskopi langsung di bawah narkose umum.

Dalam hal ini menggunakan mikroskop seperti telah diterangkan di atas sangat penting artinya. Gambaran patologik anatomi yang paling sering adalah karsinoma planoselulare dengan diferensiasi baik atau sedang. Tumor-tumor lain seperti adnokarsinoma, fibrosarkoma, khondrosarkoma dan lain-lain sangat jarang ditemukan.

Laringoskopi direk dan indirek memberikan paling banyak informasi mengenai perluasan lesi. Pemeriksaan rontgen, terutama planigrafi, pada keadaan-keadaan tertentu dapat memberikan informasi tambahan yang berguna.

Diagnosa metastasis kelenjar leher umumnya secara klinis ditetapkan dengan palpasi. Kalau diagnosa ini baru dibuat setelah dilakukan terapi adekwat tumor primernya, maka hasil pemeriksaan histopatilogik hampir selalu menguatkan.

Lain halnya kalau pada pemeriksaan pertama teraba suatu pembesaran kelenjar. Misalnya pada karsinoma larynx ternyata pemeriksaan PA kelenjar hanya 60-70% yang positif sedang sisanya menunjukkan hiperplasi reaktif. Di lain pihak 20-30% dari kasus-kasus yang pada pemeriksaan pertama (klinis) kelenjar-kelenjar tidak teraba ternyata histopatologik positif.

Ini terlihat dari pemeriksaan-pemeriksaan PA preparat-preparat reseksi setelah ''radical neck dissection'' atas yang disebut indikasi profilaktik. Ketelitian palpasi kelenjar leher amat tergantung pada pengalaman pemeriksa. Ternyata pemeriksa yang berpengalaman telah dapat meraba kelenjar dengan diameter 1 cm, sedangkan yang belum berpengalaman baru dapat meraba kalau kelenjar ini berdiameter 3 cm atau lebih.

Meskipun di sini diperlukan suatu pengalaman klinis yang hanya dapat diperoleh secara berangsur-angsur, sehingga tidak dapat dipindahkan begitu saja, namun palpasi leher yang dikerjakan secara betul dan pengetahuan tentang pola metastasis limfogen tumor kepala dan leher, bagi pemeriksaan yang kurang berpengalaman dapat membantu mencapai diagnosa yang optimal.

Selama pemeriksaan otot-otot leher terutama m.sternocleidomastideus harus dalam relaksasi. Dengan kata lain, kepala harus ditundukkan ke depan, agar dapat diraba kelenjar di daerah vena jugularis interna yang terletak di bawah otot ini. Meskipun dalam berbagai buku pelajaran disebutkan, bahwa untuk pemeriksaan ini yang terbaik yaitu dilakukan oleh pemeriksa yang berdiri di belakang penderita yang duduk (sebetulnya hal ini terutama ditujukan pada palpasi glandula tiroid), menurut pendapat penulis sama hasilnya bila dikerjakan oleh dokter yang duduk di depan penderita yang juga duduk, dengan satu tangan memeriksa, sedangkan tangan yang lain menahan tengkuk penderita untuk mempertahankan kepala penderita dalam keadaan fleksi.

Cara pemeriksaan ini untuk dokter THT juga ada untungnya yaitu setelah mengadakan pemeriksaan larynx, dia tidak selalu mengubah kedudukan alat-alatnya bila akan melanjut dengan pemeriksaan palpasi kelenjar leher. Sudah barang tentu pemeriksaan ini harus dilakukan dengan tangan lemah lembut.

Dengan inilah kelenjar yang sedikit padat akan dirasa menonjol di bawah jari yang meraba. pada umumnya pada konsistensi lebih banyak memberikan informasi daripada besarnya kelenjar. Selanjutnya perlu kita ketahui di mana yang harus dipalpasi dan kelompok kelenjar mana (pada lokalisasi tumor primer tertentu) yang terbanyak dihinggapi jaringan tumor metastasis sehingga dapat diberikan perhatian lebih khusus pada kelompok kelenjar itu. (Annyas dan Snow, 1977).

Diagnostik sitologik dapat memberikan informasi tambahan mengenai pembengkakan yang didapat di leher itu (De Jong dan Blonk, 1977). Kepercayaan yang dapat diberikan kepada diagnosa sitologik sangat tergantung pada pengalaman ahli sitologik yang bersangkutan. 
Sayangnya di negeri Belanda terdapat kekurangan ahli sitologik hingga cara pemeriksaan ini tidak dilaksanakan di semua pusat kanker. Limfografi untuk memeriksa kelenjar yang membesar di tempat lain memberikan banyak keuntungan, namun untuk daerah leher berhubungan dengan problema-problema teknik dan sukarnya interpretasi gambar-gambar yang didapat, limfografi ini nampaknya hanya memiliki arti sedikit. Untuk pemeriksaan metastasis jauh biasanya pemeriksaan faal hati dan foto thorax sudah mencukupi.