Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Prinsip-prinsip etik (Prof. Dr. H.A. Valkenburg)

Prinsip-prinsip etik (Prof. Dr. H.A. Valkenburg) - Sesudah pada tahun 1951 definisi perkataan screening diterima sebagai identifikasi yang mungkin dari penyakit-penyakit atau kelainan-kelainan yang tidak diketahui dengan menggunakan test-test, penyelidikan-penyelidikan atau prosedur-prosedur lainnya yang dapat dikerjakan secara cepat, dan test-test screening rupanya memisahkan orang-orang sehat dari mereka yang mungkin tidak sehat maka dalam tahun 1968 oleh Wilson dan Jungner diformulasi beberapa prinsip yang harus dipenuhi secara ideal oleh suatu program screening sebelum program ini dilancarkan ke dalam populasi.

Juga dalam kepustakaan Nederland pedoman-pedoman ini telah tersusun belum lama ini. Menurut sifatnya argumen-argumen Wilson dan Jungner lebih baik dibagi ke dalam prinsip-prinsip etik, kriteria ilmiah dan konsekwensi-konsekwensi keuangan.

Penyakit harus merupakan problema kesehatan yang penting.

Penyakit atau kelainan yang terhadapnya dijalankan screening harus merupakan problema kesehatan yang penting, baik untuk individu maupun masyarakat. Dengan kata penting untuk individu dapat dimaksud sifatnya, beratnya dan sifat mengancam kehidupan dari penyakit itu.

Untuk masyarakat penting itu berarti prevalensi dan insidensi yang tinggi dan waktu sakit yang lama dengan konsekwensi keuangan dari perawatan dan terapi yang lama, yang mahal yang harus berhubungan dengan itu.

Pengobatan harus akseptabel untuk penderita.

Harus ada bentuk terapi yang diterima umum untuk penderita-penderita dengan penyakit yang didapatkan. Sepintas ini nampaknya hanya suatu argument ilmiah medis. Misalnya untuk kelainan-kelianan onkologik ada suatu pedoman bahwa prognosis terhadap survivalnya berbanding terbalik dengan saat tumor itu dihilangi dalam pertumbuhannya.

Kerugian rohani yang mungkin diberikan oleh terapi ini kepda penderita kerapkali tidak mendapat perhatian (misalnya ablatio mammae atau ekstirpasi uterus pada wanita muda), tetapi dapat ikut menjadi sebab ketakutan penduduk yang tidak dapat diterangkan untuk perkataan kanker, suatu ketakutan yang tidak hanya berdasar atas perkiraan yang salah bahwa kanker itu sinonim dengan nyeri. Dalam hal ini maka istilah dapat diterima berarti lebih daripada pengertian dapat diterima secara ilmiah.

Kesepakatan dalam strategi.

Harus ada kesepakatan di dalam dunia kedokteran terhadap pertanyaan siapa sebagai penderita yang harus diterapi dan siapa yang tidak, dan juga mengenai indikasi-indikasi yang menuju ke arah diagnostik yang lebih luas. Singkatnya pada waktu melancarkan kampanye screening atas dasar nasional haruslah ada kesepakatan nasional antara anggota-anggota profesi medis mengenai strategi proses yang akan diikuti mulai saat permulaan screening sampai saat terapi definitif.

Berdasarkan atas diskusi yang telah disebutkan pada permulaan bab ini mengenai ''pro dan kontranya'' kampanye-kampanye screening maka jelaslah bahwa dalam soal ini terdapat suatu percampuradukan yang keras antara argumen-argumen atik dan ilmiah.
Percampuradukan dan kontradiksi-kontradiksi yang terdapat dalam dunia profesional membuat diskusi sekitar screening ini hal yang agak kurang menyenangkan terutama juga karena pers awam ikut serta sesuka hati.