Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terapi kuratif kanker pa*yudara

Terapi kuratif kanker pa*yudara - Terapi kanker pa*yudara dapat bersifat kuratif ataupun paliatif. Kuratif jika menurut operator masih ada harapan sembuh. Di sini termasuk pada umumnya tumor-tumor dari golongan T1, T2, bahkan kadang-kadang T3; dengan N0, N1, dan M0. Jika preoperatif dilakukan biopsi kelenjar-kelenjar apex dan bila perlu juga kelenjar parasternal, maka di dalam kelenjar ini tidak boleh terdapat tumor.

Terapi kuratif.

Hingga beberapa waktu yang lalu terapi bedah yang paling banyak digunakan adalah mastektomi radikal, dengan mengangkat seluruh pa*yudara, mm. pectorales major et minor dan jaringan lemak ketiak secara en bloc.

Tahun-tahun terakhir ini telah banyak dimajukan suatu bentuk modifikasi (menurut Patey), dengan mengangkat pa*yudara hanya bersama-sama fascia m. pectoralis major saja disertai jaringan lemak ketiak, sedang kedua otot dada (mm. pectorales minor et major) tetap in situ, hal mana memberikan effek kosmetif yang lebih baik dan mungkin juga akan lebih kurang memberikan komplikasi-komplikasi post operatif, seperti adema lengan.

Operasi yang lebih luas yang juga mengangkat kelenjar-kelenjar parasternal, sudah jarang dilakukan, mengingat tindakan semacam itu tidak menunjukkan hasil yang lebih baik. Sebaliknya beberapa ahli bedah justru lebih menyukai cara-cara tindakan yang lebih ringan pada tumor-tumor yang tertentu : hanya ablatio mammae tanpa pembersihan kelenjar ketiak dan bahkan sering hanya reseksi segmental (tylectomie) saja.

Kerugian cara ini ialah bahwa status kelenjar ketiak (yang sangat penting untuk menetapkan prognosa dan terapi), tidak dapat ditetapkan terlebih dahulu sehingga kemungkinan telah adanya metastasis pada kelenjar ketiak tetap ada. Hal ini kemudian hari akan memberikan berbagai kesulitan pada pengobatan. 

Perihal reseksi segmental sendiri yang tidak memperhitungkan kemungkinan sifat-sifat multifokal kanker payudara yang sering memberikan perluasan lokal yang hebat, akan mengakibatkan lebih banyak dijumpainya residif lokal. Untuk ikhtisar problematik, lihat Van der Velde (1977).

Pospoperatif dapat dilakukan penyinaran sehingga sejumlah residif lokal maupun regional dapat dihindari atau dikurangi. Pada akhirnya ketahanan hidup penderita setelah penyinaran ini tidak dipengaruhi, sebab metastasis hematogen yang biasanya menjadi sebab kematiannya tidak dapat ditanggulangi dengan penyinaran.

Sudah semenjak tahun 30-an Mc Whirter menganjurkan ablatio mammae yang sederhana, yang kemudian disusul dengan penyinaran stasiun-stasiun kelenjar limfe regional dada. Terutama di Skotlandia metode ini masih banyak digunakan.

Demikian pula sesudah mastektomi radikal yang dimodifikasi masih sering dilakukan penyinaran, kecuali bilamana tumornya kecil, dan lokalisasinya di bagian lateral serta tidak ditemukan metastasis pada kelenjar ketiak. Radiasi cukup untuk daerah parasternal, kecuali jika telah terdapat metastasis aksiler.

Jika telah terdapat metastasis aksiler ataupun supraklavikuler, maka daerah-daerah tersebut harus juga diradiasi. Jika terjadi metastasis berat ke arah kelenjar ketiak maka yang perlu disinari selain daerah axilla juga daerah supraklavikula. Radiasi lapangan operasi dilakukan kalau ada kemungkinan besar timbul residif lokal.

Tidak mustahil ada mikrometastasis yang tercecer pada operasi kuratif. Sel-sel ganas yang tercecer ini dapat dihancurkan oleh sitostatika yang diberikan secara intermittens sesudah operasi. Hasil-hasil yang memuaskan terutama bisa didapat dari wanita premenopause.
Pertama-tama yang perlu mendapat pengobatan semacam ini adalah penderita-penderita dengan kelenjar ketiak positif mengingat prognosanya yang hanya sedang. Hasil-hasil berbagai percobaan klinik yang sedang berjalan untuk sementara ini perlu ditunggu. Untuk sementara ini pengobatan individual semacam ini di luar suatu penyelidikan ilmiah tidak dibenarkan.