Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penderita kanker dalam keluarga (Dr. C.A. de Geus), Neoplasi

Penderita kanker dalam keluarga (Dr. C.A. de Geus) Neoplasi - Bilamana pemeriksaan menunjukkan bahwa yang dihadapi adalah kanker, maka hal ini biasanya membawa kegoyahan dan keterkejutan pada penderita, pada keluarga dan pada lingkungan sekitarnya. Memang kanker adalah penyakit yang ditakuti.

Pengorbanan-pengorbanan yang besar harus direlakan untuk menyembuhkan radikal dan dalam keadaan-keadaan yang menguntungkan orang menjalani kontrol yang bertahun-tahun atas kemungkinan metastasis residif.

Dalam hal yang tidak menguntungkan maka dihadapilah suatu penyakit yang progresif dan menahun dengan prognosis yang infaust. Kasus-kasus yang demikian ini minta dari dokter keluarga keikutsertaan secara pribadi dengan pengetahuan yang matang, tetapi juga dengan pengertian pengaruh penyakit ini pada manusia seluruhnya. Secara singkat akan diterangkan apakah artinya ini.

Meskipun terdapat banyak perbedaan dalam gambaran-gambaran penyakit dan jalannya penyakit-penyakit tetapi semua kanker memiliki tiga sifat bersama. Bentuk manifestasinya adalah neoplasi, kelakuannya adalah otonom dan sifatnya adalah ganas.

Neoplasi adalah gambaran penyakitnya menampakkan diri : pertumbuhan tumor. Terapi ditujukan melawan pertumbuhan ini meskipun kadang-kadang dengan akibat mutilasi yang berat. Tetapi tidak ada pilihan lagi. Neoplasi diikuti terapi yang agresif dalam organisme menimbulkan deformitas-deformitas sampai bentuk-bentuk yang mengerikan. Ingat saja akan tumor-tumor, ulsera, ablatio dan alopesia.

Otonomi pengaruhnya di dalam organisme mengganggu ketertiban, menghilangkan keteraturan. Disfungsi merupakan sebab sakitnya. Juga di situlah dokter mengambil tindakan untuk melawannya. Tetapi effek total dari pengaruh-pengaruh yang menganggu keteraturan dan pengaruh-pengaruh yang dimaksudkan memperbaiki, ialah bahwa tubuh bersikap lain, bertindak aneh, tubuh sudah tidak benar lagi pekerjaannya dan tidak dapat dipercanyai. Tubuh menjadi corpus alienum, benda yang asing untuk manusianya.

Malignitas memanifestasikan diri dalam sifat menghantam dan sekaligus mengancamnya kanker ini. Penyakitnya tidak bisa dipercaya, mulai dengan tidak dirasakan dan tidak diketahui, sifatnya progresif khronik, perjalanan yang menahun, terus merusak, suatu pengalaman yang melelahkan. Suatu penyakit yang bersikap sedemikian tidak teraturnya adalah maligna.

Neoplasi, otonomi, malignitas; deformitas, pengasingan, ketidakteraturan. Apa yang ditimbulkan pada seorang manusia oleh ini, harus mendapat perhatian. Ada perasaan malu oleh suatu penyakit yang merusak penampilan yang merusak kemulusan, ketegapan, sifat wanita.

Saya merasa diri saya tidak menyenangkan dan saya merasa diri saya kotor, adalah ucapan-ucapan penderita yang otentik. Ada perasaan berdosa perasaan kekurangan, perasaan tidak berguna, perasaan menderita, tetapi juga perasaan harus membikin pertanggungan jawab terakhir pada suatu penyakit yang merongrong demikian itu.

Kerapkali hati nurani berbicara dengan keras. Kadang-kadang penderita menyatakan diti tidak salah: Mengapa dia harus begitu dan untunglah saya tidak pernah merugikan orang lain. Ada juga perasaan-perasaan takur, takut terhadap nyeri, takut kalau dokternya tidak ada, takut terhadap siang, takut terhadap malam, takut terhadap mimpi, takut terhadap kenyataan.

Orang takut keputusan-keputusan nasib, sesudah organisme baik yang mekanis maupun yang mengenai panca-indra bersama-sama menjadi sakit. Bisa terjadi bahwa orang yang biasanya tidak sembahyang mulai mencaci.

Penderita-penderita menyatakan yang dialami pribadinya secara terselubung, diselimuti atau secara lugas dan blak-blakan. Ini bukan hanya dapat dilihat, melainkan juga dapat diramalkan. Selama masa pergulatan, dengan hal-hal tersebut diatas sebagai manifestasinya, dilahirkanlah saat ''kenyataan'' menjadi milik bersama. Fase-fase yang dibeda-bedakan Kubler-Ross (1970) dalam perlangsungan penyakit maligna dan yang digambarkan dalam bukunya ''Lessen voor Levenden'', tidak lain daripada cara-cara bergaul, kadang-kadang bercanda, dengan kenyataan :

  • Pengingkaran (tidak mungkin benar, jadi tidak benar).
  • Kemarahan (saya tidak mau bahwa itu benar, saya menolak untuk percaya).
  • Tawar-menawar (meskipun benar, saya masih ada).
  • Depresi (sungguh beratlah untuk dipikul).
  • Penerimaan (memang benar, saya telah mengetahui sebelumnya).

Fase-fase ini seakan-akan yang satu mengikuti yang lain secara logik dan kronologik, tetapi dalam kenyataannya yang satu masuk ke dalam yang lain secara menyilang, yang satu merupakan tekanan dari yang lain.

Dokter keluarga harus waspada, bahwa di dalam suatu keluarga sering terdapat divergensi yang jelas dalam tingkat anggota-anggota keluarga menerima dan mengolah problemnya. Dalam hubungan satu sama lain sikap anggota yang satu mempengaruhi sikap yang lainnya.

Pengingkaran dari yang satu merangsang kemarahan yang lain; kalau yang satu datang pada penerimaan, ini dapat menimbulkan depresi pada yang lain atau merangsang pengingkaran. Kadang-kadang sampai jatuh kata-kata yang kasar dan kadang-kadang ada suatu macam perawatan yang semena-mena.

Ada kalanya anggota keluarga yang sehat bahkan lebih memerlukan perhatian dokter keluarga daripada penderitanya sendiri. Kadang-kadang mereka harus juga secara berhati-hati dibawa kembali kepada si sakit, kalau penyakitnya berlangsung terlalu lama dan kehidupan anggota keluarga itu menuntut kembali hak-haknya.

Seorang penderita kanker gampang menjadi terasing. Ia sibuk dengan dirinya sendiri,dan diserahkan kepada nasibnya sendiri karena orang terlalu berhati-hati bergaul dengan dirinya. Kadang-kadang anggota keluarga menanyakan kepada dokter waktu mengantar dokter keluar dari kamar penderita, apa pendapat dokter mengenai penderita.

Pembicaraan semacam itu di luar kamar mengenai penderita dapat menyinggung perasaan penderita dan kadang-kadang mengharuskan dokter kembali kepada penderita untuk menjelaskan kepada penderita mengenai apa yang telah dibicarakan tadi.

Baca juga selanjutnya di bawah ini

Kanker dan paliasi (Prof. Dr. A. Zwaveling)

Yang terpenting adalah bahwa dokter keluarga dapat sebanyak mungkin berbicara dengan penderita mengenai kenang-kenangannya dan apa yang pada waktu itu menjadi pikirannya. Dengan ini dibantulah seseorang untuk mencapai suatu pembulatan dan diciptakanlah suatu pengertian bersama, hingga juga tanpa kata orang saling dapat mengerti satu sama lain, jikalau nanti cara komunikasi verbal telah tertutup. Keluarga yang ditinggalkan bukan hanya segera sesudah penderita meninggal tetapi juga masih beberapa waktu kemudian, harus masih ditemui.