Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kanker dan paliasi (Prof. Dr. A. Zwaveling)

Kanker dan paliasi (Prof. Dr. A. Zwaveling) - Berbeda dengan terapi kuratif, pada perawatan paliatif tidak lagi diusahakan penyembuhan. Di sini proses penyakit telah demikian lanjut, sehingga kita harus sudah puas dengan hasil yang sedikit. Kita tidak lagi berusaha memperpanjang usia dengan mengorbankan segala-galanya, melainkan berusaha mempertahankan kualitas sisa hidup pada tingkat seoptimal mungkin.

Tujuan yang terbatas ini tidak kalah penting dibanding usaha kuratif, baik untuk penderita maupun dokternya. Oleh karena itu hendaknya perawatan paliatif juga dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Secara garis besar, ada 3 bentuk perawatan paliatif :

1. Terapi bedah.
2. Radioterapi.
3. Terapi obat-obatan, yang meliputi :

  • Khemoterapi
  • Terapi hormonal.
  • Terapi analgetika.
  • Terapi suportif.

Karena banyaknya kemungkinan yang tiap saat perlu dipertimbangkan maka dalam penggarapannya perlu konsultasi yang intensif dari berbagai bidang spesialisasi dalam suatu team. Dalam team ini perlu diikut-sertakan pula dokter pribadi, rokhaniawan, perawat dan pekerja sosial.

Konsultasi demikian itu sebaiknya dilaksanakan dalam suatu pertemuan kelompok kerja kanker yang dilangsungkan pada waktu-waktu tertentu untuk menentukan garis besar perawatan penderita kanker secara individual.

Bab ini tidak akan membicarakan aspek-aspek perawatan spikologi, meskipun aspek tersebut harus selalu diperhatikan pada pendekatan klinik. Hal ini akan dibicarakan pada bab tersendiri. Perlu juga ditambahkan bahwa hanya garis-garis besar saja yang diuraikan, guna memberi gambaran apa yang masih dapat dilakukan untuk penderita ini.

Paliasi bedah.

Beberapa aspek paliasi bedah telah diuraikan dalam prinsip-prinsip bedah dan follow up. Untuk jelasnya di sini akan disampaikan suatu ikhtisar singkat mengenai kemungkinan-kemungkinan paliasi bedah. Kanker jaringan lunak dengan metastasis yang menimbulkan keluhan atau mungkin menimbulkan ulkus dapat diekstirpasi, jika belum terlalu luas. Kadang-kadang ada baiknya dilakukan amputasi.

Pada karsinoma mammae elektrokoagulasi atau bedah krio. Setiap tindakan harus diusahakan seminimal mungkin dan sungguh-sungguh menguntungkan penderita. Kanker saluran makanan umumnya cocok untuk terapi bedah paliatif.

Juga pada tumor-tumor yang telah mengadakan metastasis, tumor primer tetap perlu diangkat guna melindungi penderita dari ulkus ataupun perdarahan. Yang kadang-kadang menimbulkan obstruksi saluran pencernaan terutama tumor lambung dan usus perlu mendapat perhatian khusus.

Untuk tumor esofagus, saluran empedu dan rektum, besarnya tindakan biasanya tidak sebanding dengan paliasi yang diharapkan. Kalau secara teknis tidak mungkin dilakukan reksesi, harus diusahakan dibuat ''bypass''.

Tumornya tetap in situ, tetapi jalan saluran makanan diperbaiki, hingga dihindari atau dicegah terjadinya penutupan. Jika ''bypass''-pun sudah tidak mungkin dilakukan, pada tumor-tumor kolon bisa dilakukan anus preternaturalis di atas tumor tersebut.

Harus selalu dicegah setiap kemungkinan terjadi ileus karena ini berarti penderitaan yang berat untuk pasiennya. Obstruksi esofagus dan kardia bisa diatasi dengan memasukkan pipa melalui masa tumor tersebut, sehingga penderita dapat menggunakan makanan cair dan terus menelan ludah.

Jika obstruksi saluran makanan bagian atas total, maka dapat dibuat fistula makanan, walaupun dari segi paliatif tindakan ini tidak memuaskan. Dalam hal ini jika masih mungkin lebih disukai suatu ''bypass''. Tumor rektum yang letaknya rendah kadang-kadang dapat diterapi baik dengan elektrokoagulasi atau bedah krio, sehingga fungsi dan kontinuitasnya dapat tetap dipertahankan.

Tumor-tumor saluran empedu atau pankreas yang menimbulkan ikterus bendungan, sedapat mungkin diterapi paliatif dengan membuat aliran baru empedu ke usus. Kalau ini tidak mungkin bisa diusahakan mengalirkan empedu ke luar. Ini juga merupakan paliasi yang baik walaupun hanya untuk menghilangkan rasa gatal.

Kanker saluran kencing kadang-kadang dapat diterapi paliatif dengan baik secara bedah. Karsinoma ginjal, jika mungkin, perlu diangkat tumor primernya. Jika terjadi obstruksi diusahakan pemindahan aliran urinnya. Namun harus selalu dipertimbangkan kembali apakah tindakan ini betul-betul paliatif atau sekedar memperpanjang penderitaan belaka.

Karsinoma tiroid kadang-kadang tumbuh lambat (bentuk papiler) meskipun sudah terjadi metastasis sehingga bedah paliatif hampir mempunyai efek yang menyerupai bedah kuratif. Jika mungkin harus dilakukan strumektomi total, agar metastasis (kalau ada) mudah diterapi dengan zat radioterapi. Jika ada penyempitan trakhea, harus dibuat trakheostoma. Untuk radioterapi yang efektif ''bulk reduction'' dapat berguna.

Metastasis yang menimbulkan keluhan berat kadang-kadang dapat diangkat. Tindakan bedah terhadap metastasis soliter di kulit, paru, hati, atau tulang, kadang-kadang memberi penyembuhan definitif. Metastasis pada tulang dapat menimbulkan fraktura patologik.

Untuk mengatasi ini bisa diadakan fiksasi (profilaktik) pada bagian tulang yang bersangkutan dengan menggunakan bahan osteosintesis. Cara ini selain mengurangi keluhan dan mempermudah perawatan juga kerapkali bisa mempertahankan mobilitas penderita.

Bedah ablatif organ hormonal bertujuan mengangkat kelenjar hormon yang bisa memberi pengaruh terhadap pertumbuhan tumor yang telah menyebar. Pada karsinoma payu*dara tindakan ini dapat terdiri atas kastrasi dan kalau perlu dilanjutkan dengan adrenalektomi atau hipofisektomi. Untuk karsinoma prostat dikerjakan kastrasi dan kalau perlu hipofisektomi.

Tindakan-tindakan bedah syaraf kadang-kadang perlu dilakukan pada lesi lintang yang membakat dan untuk memutus lintasan syarat penghantar nyeri baikperifer maupun agak sentral. Tak jarang tindakan begini memberi hasil memuaskan.
Tumor-tumor di tempat lain yang tidak dapat disembuhkan tidak akan diterangkan lebih lanjut. Namun pada setiap keadaan harus selalu dipertimbangkan sampai dimana tindakan bedah baik dengan ataupun tanpa kombinasi redioterapi atau khemoterapi dapat menguntungkan penderita.