Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Diagnosa tumor-tumor papiiomatous (Prof. Dr. B.H.P. van der Werf-Messing)

Diagnosa tumor-tumor papiiomatous (Prof. Dr. B.H.P. van der Werf-Messing) - Tumor ini pertama-tama harus dibedakan dari tumor-tumor papiiomatous yang tidak infiltratif, seperti condylomata acuminata. Yang sangat sukar dibedakan adalah dengan yang disebut kondiloma raksasa (tumor Buschke-Lowenstein). Juga secara histologik tumor ini sangat menyerupai karsinoma infiltratif.

Kelainan prakarsinomatosa seperti penyakit Bowen (karsinoma in situ) atau eritroplasi Queyrat penting untuk diagnostik dini. Kedua-duanya dapat berkembang menjadi tumor. Ulkus-ulkus venerik biasanya tidak dikelirukan dengan karsinoma.

Terapi dan Prognosa.

Jika tumor eksofitik, tanpa infiltrasi ke dalam corpus cavernosum atau uretra, dan tidak lebih besar dari 2 cm (T1), radioterapi dapat memberikan penyembuhan. Dalam hal ini perlu pascarawat yang teliti. Jika terjadi residif lokal harus dikerjakan amputasi p*enis (Williams, 1976:12 dari 27 penderita yang diradiasi kemudian perlu amputasi parsial atau total).

Ada peningkatan tendensi lebih banyak menggunakan terapi bedah daripada radiasi. Pembersihan kelenjar limfe regional inguinal tidak diperlukan jika kelenjar tersebut tidak teraba membesar. Harus diingat bahwa pembesaran kelenjar limfe dapat terjadi karena inflamasi, dan ini terdapat pada separuh kasus.

Kalau terbukti ada metastasis kelenjar limfe, bersihkan kelenjar limfe inguinal dan kalau perlu kelenjar iliakal dan dilanjutkan dengan radiasi. Cara ini bisa memberikan survival 5 tahun sebesar 50%. Jika tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional, prosentasi survival 5 tahun sesudah amputasi parsial dapat 90% pada tumor stadium I.

Baca selanjutnya Tumor-tumor tes*tis (Dr. H. Schraffordt Koops)

Doven dan kawan-kawan (1975) mencapai prosentasi survival sebesar 70% pada penderita-penderitanya. Kita dapat mengikuti garis protokol penanganan Dekernion dan kawan-kawan (1973) dan Williams (1976) yaitu :
  • Tumor terbatas pada preputium dapat diterapi dengan sirkumsisi saja. Dalam hal ini jarang terjadi metastasis di kelenjar inguinal. Dan dari kelenjar-kelenjar yang membesar di daerah inguinal harus dibuat biopsi.
  • Tumor-tumor yang lokalisasinya di preputium dan glans p*enis dapat diterapi dengan amputasi parsial atau radioterapi. Meskipun separuh penderita yang diradioterapi kemudian hari toh masih harus menjalani amputasi, tidak ada jaminan bahwa hal ini mempengaruhi prognosanya yang definitif. Jika lesinya meluas sampai batang p*enis, yang terbaik adalah amputasi parsial atau total. Dari kelenjar-kelenjar limfe yang dicurigai harus dibuat biopsi jika radangnya telah mereda. Jika dapat ditunjukkan metastasis tumor di kelenjar maka harus dikerjakan pembersihan kelenjar inguinal.
  • Tumor yang telah mengenai corpus cavernosum, sebagian besar menunjukkan metastasis ke kelenjar limfe inguinal, maka harus dilakukan biopsi kelenjar limfe. Jika biopsi ini hasilnya positif, harus diikuti dengan limfadenektomi. Dalam waktu dekat harus dapat diketahui apakah ada artinya terapi adjuvan dengan sitostatika pada yang berprognosa buruk (infiltrasi ke dalam corpus cavernosum, metastasis kelenjar inguinal). Untuk karsinoma p*enis terutama digunakan bleomisin.