Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Diagnosa awal karsinoma cervix dan pemeriksaan ''screening''

Diagnosa awal karsinoma cervix dan pemeriksaan ''screening'' - Manfaat pelacakan awal suatu karsinoma cervixdemi kepentingan penderita tidak perlu disangsikan lagi, mengingat bahwa prognosa penderita yang mendapat pengobatan dalam stadium O, stadium 1 atau 2 sangat berbeda hasilnya dibanding dengan yang stadium lanjut.

Oleh sebab stadium awal ini (karsinoma in situ, karsinoma mikro-invasif) secara klinis tidak dapat dibedakan dari kelainan portio yang lain, dan dalam anamnesa juga tidak ada keluhan-keluhan yang spesifik, maka diagnosa awal hanya mungkin ditegakkan secara mikroskopik saja.

Untuk pemeriksaan rutin dilakukan pemeriksaan sitologi cervix. Untuk kepentingan khusus kombinasi pemeriksaan sitologi dan kolposkopi sudah barang tentu memberikan hasil yang lebih teliti. Cara pemeriksaan ini, yang dapat dikerjakan di poliklinik, relatif banyak memakan waktu dan memerlukan pengalaman terutama dalam menginterpretasi gambaran-gambaran yang dilihat.

Kelainan-kelainan yang dilihat haruslah diteguhkan dengan pemeriksaan histologik. Beberapa kelainan terutama yang letaknya tinggi di dalam canalis cervicalis tidak dapat dilihat. Meskipun mengandung beberapa kelemahan, cara ini masih dapat dimanfaatkan, terutama untuk mengevaluasi kasus-kasus yang sitologik positif.

Sitologi cervix mulai sekitar tahun 1945, sesudah publikasi dari Papanicolaou dan Traut, telah menjadi suatu metode diagnosa yang umum dilakukan. Untuk interpretasi sel-sel yang tampak pada preparat usap diperlukan seorang ahli sitologi yang berpengalaman dan sejumlah ahli tertentu sebagai pembantu yang tak sedikit jumlahnya. Inilah yang merupakan pembatasan terbesar metoda ini.

Golongan wanita mana yang perlu mendapat pemeriksaan sitologik? Pertama-tama semua penderita perdarahan abnormal per v*aginal dan setiap penderita dengan kelainan cervix. Dari penderita golongan pertama (menurut Engel, 1965) dapat ditemukan karsinoma stadium awal dalam jumlah relatif tinggi.

Meskipun demikian hendaknya diingat bahwa masih kira-kira 60-70% kasus-kasus karsinoma stadium awal yang lolos dari pengamatan. Juga pada cervix wanita yang nampaknya sama sekali normal dan tanpa keluh kesah apa pun, mungkin terdapat karsinoma in situ. 

Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika banyak orang menuntut diadakannya suatu ''screening dari seluruh penduduk wanita yang berumur di atas 20 tahun. Pemeriksaan massal ini memberi implikasi finansial, material serta personal yang tidak kecil, oleh karena itu perlu dipertimbangkan sungguh-sungguh sebelum dilaksanakan.

Pembicaraan mengenai hal ini sudah berlangsung lebih dari 25 tahun lamanya dan hal ini telah banyak dikemukakan dalam berbagai tulisan (Collette, 1976). Belum ada bukti menyakinkan bahwa mortalitas golongan penduduk yang telah mengalami ''screening'' lebih rendah dibanding dengan golongan penduduk lain yang mengalami pemeriksaan sitologi v*aginal atau cervical hanya atas indikasi yang tepat.

Suatu ''drawback'' yang sangat penting ialah bahwa justru golongan-golongan penduduk yang termasuk ''high risk'' (penduduk yang dalam tingkatan sosial ekonomi rendah) tidak datang pada ''screening''. Di samping itu evaluasi juga terhalang oleh banyaknya pembangunan uterus karena berbagai alasan, di daerah-daerah tertentu bahkan sampai 25% (!) dari seluruh penduduk wanita.

Jangka yang begitu lama antara eliminasi karsinoma awal dengan pengaruhnya terhadap kematian, juga mempersulit penilaian kita terhadap hasil pegobatan. Selain itu kita perlu senantiasa menyadari, bahwa penurunan mortalitas karsinoma cervix hanyalah suatu alat pengukur yang kurang sempurna belaka terhadap hasil diagnosa awal.

Invaliditas sosial dan marital penderita karsinoma invasif sesudah mendapat pengobatan penyinaran dan operatif tidak menampakkan diri pada angka kematian, dan tidak pula diperbandingkan dengan golongan yang misalnya mengalami histerekonomi simpel.
Dalam tahun-tahun terakhir ini menjadi hangat kembali persoalan apakah pemeriksaan sitologik tidak lebih baik ditujukan kepada golongan high risk saja yang pengambilan preparat usapnya dapat dikerjakan oleh petugas-petugas khusus.