Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pemeriksaan lebih lanjut pada penderita tumor pa*yudara

Pemeriksaan lebih lanjut :

a. Foto rontgen thorax dalam 2 jurusan (perhatikan pleura, paru, mediastinum, dan iga-iga).

b. Skintigrafi. Penyebaran sel-sel ganas ke dalam tulang sering dapat dideteksi dini dengan cara mengadakan skintigrafi. Pengambilan berlebihan zat radioaktif menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dalam tulang. Meskipun hal ini tidak spesifik menunjukkan penyebaran sel ganas (proses-proses lain yang disertai dengan perubahan tulang dapat juga positif), cara ini dapat memberikan petunjuk penting, yang kemudian harus disusul dengan pemeriksaan rontgenologik. Penyebaran ke dalam tulang yang sangat awal dapat lebih dulu diketahui dengan skintigrafi tulang dibanding dengan pemeriksaan rontgenologik yang saat itu mungkin belum memberikan petunjuk apapun. Dalam keadaan test faal hati menunjukkan kelainan, acapkali pemeriksaan skintigrafi hati dapat memberikan bukti akan adanya penyebaran sel-sel ganas di dalam hati.

c. Foto rontgen columna vertebralis, tulang panggul, tulang kepala, caput femoris, caput humeri (hanya pada kecurigaan ada penyebaran berdasar pemeriksaan skintigrafi). Bila perlu untuk daerah yang mencurigakan dapat dibuatkan foto planigrafi.

d. Mammografi dilakukan terutama untuk menilai keadaan pa*yudara di sebelah lain. Pada tumor yang secara klinis telah dicurigai, hasil pemeriksaan mammografi tidaklah boleh menjadi alasan menunda pengambilan biopsi.

e. Termobrafi. Sebagai metode pelacakan pa*yudara cara ini kurang begitu eksakt bila dibandingkan dengan pemeriksaan mammografi.

f. Pemeriksaan sitologik. Pemeriksaan sitologik memegang peranan penting pada penilaian cairan (discharge) yang keluar spontan dari puting pa*yudara, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi. Dengan menggunakan jarum yang halus juga dapat diperoleh material untuk pemeriksaan sitologik yang berasal dari suatu daerah di pa*yudara yang dicurigai. 

Fungsi sitologi ini jika dikerjakan oleh ahli yang sangat berpengalaman dapat memberikan hasil yang memuaskan, meskipun dalam banyak hal metode ini kurang begitu cermat bilamana dibanding dengan pemeriksaan histologik (patologi anatomik). 

Bilamana hasil pemeriksaan klinis dan rontgenologik negatif dan juga pemeriksaan sitologik tidak dapat memastikan adanya malignitas, maka ada alasan menunda mengambil keputusan. Bilamana pemeriksaan klinis atau mammografi mencurigakan, harus disusul dengan biopsi walaupun pemeriksaan sitologik negatif.

Hal ini dapat dilakukan secara poliklinis bilamana kecurigaan terhadap adanya malignitas adalah kecil. Bilamana pemeriksaan sitologik jelas menunjukkan adanya proses ganas (positif), maka pengambilan biopsi sebaiknya dilakukan secara klinis dengan penderita dipondokkan, dan dikerjakan di bawah narkose umum.

Jaringan biopsi diperiksa secara ''frozen section'', dengan konsekwensi bila hasil pemeriksaan ini positif, maka segera disusul dengan operasi radikal. Untuk kelainan-kelainan yang dicurigai telah menyebar, fungsi sitologi perlu dipertimbangkan.
g. Pemeriksaan laboratorik yang luas. Pada umumnya pemeriksaan ini tidak banyak membantu diagnostik primer, akan tetapi banyak berguna dalam menilai apakah penderita boleh dioperasi. Maka pemeriksaan laboratorik yang luas, terutama pemeriksaan kimia darah dan morfologik amat diperlukan.