Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terapi tumor lambung (Prof. Dr. E.A. van Slooten)

Terapi tumor lambung (Prof. Dr. E.A. van Slooten) - Terapi kuratif karsinoma kolon sementara ini hanya bersifat pembedahan, karena adenokarsinoma kurang radiosensitif. Pada pembedahan ini sebaiknya paling sedikit 10 cm usus di kedua sisi tumor ikut diangkat. Alasan untuk ini ialah : seringnya didapatkan polip di sekitar tumor merupakan petunjuk bahwa daerah abnormal mukosa usus itu sesungguhnya lebih luas.

Sudah barang tentu kelenjar limfe regional harus selalu ikut diangkat. Secara teknis hal ini tidak menimbulkan kesukaran, yang penting ialah mempertahankan prinsip onkologik untuk selalu menghindari kontak antara sel tumor yang masih hidup dengan daerah luka atau daerah jahitan.

Kalau tumor tumbuh di rektum, timbul pertanyaan dapatkah anus dipertahankan atau tidak. Untuk mempertahankan fungsinya cukup disisakan 3 cm usus normal yang ada di atas sphincter. Suatu tepi bebas 3 cm distal dari tumornya cukup untuk menghindarkan dasar reseksi mengenai percabangan-percabangan tumor yang tidak dapat dipalpasi.

Sesudah itu dilakukan kontrol seumur hidup tiap 6-12 bulan, seperti halnya untuk semua penderita karsinoma kolon yang telah diterapi. Tiap tahun harus dilakukan rektoskopi. Pada penderita yagn muda pemeriksaan rontgenologik lebih baik diganti dengan koloskopi, karena dengan pemeriksaan rontgenologik bebas radiasi akan menjadi terlalu besar.

Pada karsinoma kecil yang letaknya rendah dan tidak menginfiltrasi ke dalam dinding otot tanpa metastasis kelenjar limfe dilakukan pengangkatan radikal yang lokal dengan elektrofulgurasi, jika dengan jalan ini sudah dapat dihindari ekstirpasi rektum.

Kombinasi radioterapi dan bedah dapat berguna untuk penderita tumor yang mengadakan infiltrasi dalam karena :

  • Secara statistik ternyata radiasi dengan dosis rendah pada daerah tumor primer dan metastasis regional, memperkecil kemungkinan manifestasi metastasis sesudah operasi.
  • Radiasi dengan dosis tinggi ditujukan kepada tumor yang mengadakan perlekatan ke jaringan sekitarnya terutama dinding pelvis yang menimbulkan keragu-raguan mengenai operabilitasnya, akan memperbesar kemungkinan eksisi radikal, karena volume tumor mengecil.

Jika tumbuh metastasis di hepar atau dalam kelenjar limfe yang tidak dapat diangkat, tidak mungkin lagi terapi kuratif karsinoma kolon. Dalam hal ini paliasi yang terbaik adalah mengangkat tumor primer, kalau resiko operasi tidak terlalu besar. Bahkan hal ini dapat merupakan indikasi melakukan ekstirpasi rektum, kalau pertumbuhan tumor lambat dan kemungkinan hidup terus tampaknya masih panjang.

Kalau secara teknis reseksi tidak mungkin, dipilih cara terapi simptomatik yang memadai, seperti radioterapi atau pada karsinoma rektum secara elektrokoagulasi. Kombinasi terapi sitostatika dengan lain-lain tindakan paliasi bisa bermanfaat asal indikasinya tepat. Terapi sitostatika saja jarang memberikan hasil yang memuaskan.

Karsinoma anus jarang dijumpai. Biasanya ini adalah karsinoma epidermoid. Adenokarsinoma yang berasal dari kelenjar dalam canalis ani juga jarang didapat. Adenokarsinoma ini baik gambaran histologik maupun kelakuannya menyerupai karsinoma adenoid-kistik saluran napas atas.

Jika terdapat suatu struktur histologik yang sesuai dengan struktur karsinoma kolon, maka kita harus amat berhati-hati, karena dalam hal itu hampir selalu terdapat karsinoma rektum yang amat agresif-infiltratif yang meluas jauh di luar daerah asalnya.

Karsinoma anus biasanya didiagnosa kasip karena gejalanya sangat mirip dengan gejala hemorrhid dan fissura ani. Hanya inspeksi yang teliti dengan cahaya yang baik, pada penderita dalam sikap lutut siku dapat mencegah kelalaian yang fatal ini. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar karsinoma epidermoid dan adenokarsinoma pada saat diagnosa ditegakkan sudah bermetastasis luas di semua kelenjar limfe regional, di daerah inguinal dan pre-sakral, bahkan sampai di dinding pelvis lateral.

Baca juga selanjutnya di bawah ini


Epidemiologi tumor larynx saluran nafas

Hanya karsinoma sel basal, yang sangat jarang dijumpai hampir samasekali tidak menimbulkan metastasis sehingga kadang-kadang terapi lokal saja sudah mencukupi. Pada keadaan lain perlu dilakukan ekstirpasi rektum dengan tepi yang sangat luas, diikuti ekstirpasi kelenjar inguinal bilateral kalau diduga terdapat metastasis di situ. Juga di sini toucher yang dilakukan secara lee artis pada keluhan pertama bisa berarti menyelamatkan jiwa penderita.