Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Screening slektif dokter keluarga sebagai case-finder

Screening selektif.

Seleksi golongan orang-orang dengan kenaikan risiko untuk mendapat tumor-tumor tertentu, mungkin dapat menaikkan hasil pencarian dini. Menurut Shapiro (1975) hal ini tidak berlaku untuk kanker payudara. Untuk mendapat karsinoma cervix ada kecenderungan terhadap golongan-golongan wanita tertentu.

Seleksi golongan high-risk demikian itu dari suatu populasi terbuka bukan hal yang mudah, lepas dari kenyataan bahwa kesediaan untuk partisipasi dalam pencarian dini golongan-golongan ini kebanyakan justru ialah yang paling kecil.

Golongan-golongan dengan risiko yang meninggi secara khusus harus mendapat perhatian dokter keluarga. Sejauh mana ia dalam prakteknya yang kerapkali penuh problema sungguh-sungguh dapat mengadakan antisipasi, masih merupakan suatu pertanyaan yang memerlukan evaluasi, sebagaimana juga hasil cara pendekatan ini.

Dokter keluarga sebagai 'Case-Finder'.

Lebih baik daripada dengan program screening dengan tanggapan yang rendah, dalam soal case-finding dokter keluarga sebaiknya mengadakan pemeriksaan klinis payudara setiap tahun pada wanita di atas 30 tahun, ditambah dengan pemeriksaan diri sendiri oleh wanita yang bersangkutan dan misalnya mammografi tiap tahun pada wanita-wanita di atas 50 tahun.

Untuk penetapan karsinoma cervix in situ pemeriksaan tiap dua tahun sekali telah memadai dan seharusnya perlu dilihat, apakah interval ini tidak dapat diperpanjang sampai 5 tahun. Melihat meningkatnya frekwensi wanita muda yang menjalankan aktivitas seksual tampaknya perlu batas umur bawah ditetapkan pada 20 tahun.

Antara 20 dan 35 tahun barangkali cukup dibuat preparat apus tiap 5 tahun; sesudah 35 tahun tiap 2 tahun. Pada preparat-preparat yang mencurigakan pemeriksaan harus diulang dalam jangka pendek (misalnya sesudah 3 bulan).

Untuk semua orang di atas 40 tahun dapat dipertimbangkan pemeriksaan darah terselubung (hemoccult test) dari 3 porsi faeces yang saling berlainan untuk pencarian dini karsinoma kolon-rektum, meskipun tidak dapat dikatakan sesuatu mengenai hasil pemeriksaan ini dalam hubungannya dengan kemungkinan bahwa lebih kurang 2% dari penduduk di atas 40 tahun test ini hasilnya positif (prevalensi) dan dengan itu menimbulkan kecemasan, sedangkan pada pemeriksaan lebih lanjut hanya pada sekitar 0,1% didapatkan karsinoma.

Pemeriksaan ini dapat dilengkapi dengan pemeriksaan digital rektum, yang pada orang laki-laki dapat membantu dalam pencarian lebih dini karsinoma prostat. Sejauh mana dokter keluarga dengan program case-finding demikian itu dapat memberikan sumbangan yang sungguh-sungguh kepada perbaikan kemungkinan ketahanan hidup untuk sel;uruh populasi prakteknya, masih merupakan pertanyaan, karena juga dokter keluarga pada prakteknya hanya berhadapan dengan suatu seleksi dari populasinya.

Di lain fihak dokter keluarga dengan penerangan individual yang sederhana dapat memperoleh effek yang lebih besar terhadap kesediaan partisipasi dibanding dengan suatu team yang 'impersonal'. Dokter keluarga juga lebih mengetahui tentang adanya risiko yang meninggi pada penderitanya masing-masing.

Beberapa organisasi wanita tidak menyukai suatu program dengan team screening. Tetapi nampaknya hal ini hanya ditentukan atas dasar emosional dan bukan atas pertimbangan-pertimbangan kebijaksanaan. Di satu fihak sikap negatif terhadap dokter keluarga ini merupakan akibat dari perubahan-perubahan timbal balik pada relasi pemakai dan pemberi jasa pelayanan kesehatan.
Di lain pihak sebagian cukup besar dokter keluarga di Nederland berpandangan terutama kuratif dan menunjukkan perhatian yang kecil terhadap prevensi primer atau sekunder. Dasar struktural dan mental yang ditingkatkan, dikombinasi dengan intensifikasi penerangan kesehatan menurut hemat kami akan menjadikan praktek dokter keluarga bentuk organisasi yang paling berguna untuk prevensi sekunder beberapa bentuk kanker.