Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Prinsip radioterapi berdasar pola pertumbuhan dan pembentukan metastasis

Prinsip radioterapi berdasar pola pertumbuhan dan pembentukan metastasis - Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip radioterapi ialah aturan-aturan dasar yang harus diperhatikan dalam mempertimbangkan kemungkinan pemberian radioterapi berikut strategi pemberiannya. Pelaksanaan aturan-aturan ini juga harus selalu mengingat, bahwa setiap tindakan onkologik merupakan bencana baik bagi keadaan fisik maupun psikis penderita.

Radioterapi adalah suatu terapi lokal. Volume radiasi, yaitu besar jaringan yang diradiasi sampai suatu dosis terapetik, harus ditentukan sedemikian rupa sehingga semua bagian tumor masuk ke dalamnya. Memilih volume yang besar dengan alasan ''demi amannya'', akan merusak jaringan normal sekitarnya.

Tetapi jika volume radiasi tersebut terlalu kecil, akan timbul residif pinggiran. Oleh karena itu ahli radioterapi sangat terikat dengan diagnosa yang teliti tentang perluasan tumor. Metode diagnosa yang biasa membantu antara lain : radiodiagnostik, akhografi, bronkhoskopi, mediastinoskopi, laparoskopi atau hasil pemeriksaan waktu pembedahan.

Perluasan tumor secara limfogen dan hematogen sangat menentukan ada atau tidaknya indikasi radioterapi dan sekaligus tehnik pemberiannya. Karsinoma bronkhus tanpa metastasis limfogen atau hematogen yang nyata, diberi terapi yang lebih agresif dibanding dengan yang telah mengalami metastasis limfogen di kelenjar limfe supraklavikuler.

Pada keadaan terakhir ini diberikan radiasi paliatif dalam dosis kecil (dalam periode waktu relatif pendek). Radioterapi seminoma memberikan gambaran, betapa pentingnya pengetahuan pola metastasis tumor untuk terapinya.

Tumor primernya diterapi secara bedah. Kemudian jika pemeriksaan limfografi negatif, kelenjar paraaortal dan iliakal diradiasi, karena di sini sering terdapat mikrometastasis. Tetapi jika kelenjar limfe positif yang diradiasi bukan hanya stasiun-stasiun tersebut, melainkan juga kelenjar supraklavikuler dan kelenjar-kelenjar di mediastinum.

Hasil pemeriksaan PA sangat penting bagi seorang ahli radioterapi. Boleh dikatakan tidak benar dilakukan radioterapi tanpa diagnosa PA. Hanya ada beberapa pengecualian; mislanya tumor batang otak, karena sukar dicapai, maka penderita bisa diradiasi tanpa didahului pemeriksaan PA.

Selain itu juga harus ditetapkan apakah sudah terjadi metastasis atau belum. Untuk keperluan ini kadang-kadang cukup dilakukan pemeriksaan sitologik. Bagaimana tumor tertentu berreaksi terhadap radiasi, sedikit banyak dapat diperkirakan sesuai dengan hasil statistik.
Tetapi sayang belum ada data statistik yang memadai untuk memutuskan indikasi dan kontraindikasi penyinaran. Pengetahuan tentang sensitivitas tumor terhadap radiasi lebih banyak ditentukan oleh pengalaman tertentu.