Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Efek-efek umum proses-proses ganas (Prof. Dr. F.J. Cleton)

Efek-efek umum proses-proses ganas (Prof. Dr. F.J. Cleton) - Banyak gejala kanker secara sederhana dapat diterangkan karena perluasan lokal tumornya. Kadang-kadang didapat gejala di tempat yang agak jauh, misalnya kalau tumor tersebut menekan serabut syaraf atau kalau sampai mengakibatkan saluran kencing atau empedu tertutup.

Perdarahan dan infeksi pada tumor dapat memberikan gejala umum seperti anemia dan panas. Suatu diatesa hemoragik dapat juga merupakan akibat trombositopeni karena infiltrasi tumor ke dalam sumsum tulang, atau sebagai akibat berkurangnya pembentukan faktor-faktor koagulasi yang tergantung pada vitamin K yang resorpsinya menurun pada sumbatan saluran empedu.

Di samping itu ada beberapa gejala yang lebih sukar diterangkan, yang mungkin disebabkan oleh produk-produk tumor. Produk-produk yang biologik aktif ini dibawa dalam sirkulasi darah; mereka menyebabkan beberapa gejala dan sindroma.

Kadang-kadang produk demikian dapat ditunjukkan dalam darah. Ke dalam golongan sindroma paraneoplastik dapat dimasukkan banyak gambaran dan gejala penyakit, termasuk panas, cachexia, kelainan kulit, gangguan neurologik dan berbagai kelainan hormonal.

Efek-efek umum proses-proses ganas (Prof. Dr. F.J. Cleton)

Pada gambar 15 diberikan ikhtisar skematis beberapa sindroma paraneoplastik. Mekanisme terjadinya sindroma paraneoplastik belum jelas. Mungkin terdapat berbagai keterangan untuk sindroma-sindroma yang banyak itu.

Terutama mengenai terjadinya panas dan cachexia, dan mengenai produksi hormon ektopik pada tahun-tahun terakhir ini dikembangkan beberapa teori. Pada tumor-tumor tertentu seperti misalnya penyakit Hodgkin, lekemi akut, hipernefroma dan sarkoma tulang, kerapkali terdapat panas yang bukan disebabkan oleh adanya infeksi.

Diterangkan di sini bahwa ada produk-produk tumor dalam sel-sel fagosit tertentu yang menginduksi pembentukan suatu protein yang menimbulkan panas. Pirogen yang endogen ini masuk ke dalam sirkulasi darah dan diikat oleh reseptor di hipotalamus, yang disusul oleh suatu proses yang mengakibatkan kenaikan produksi panas.

Pirogen-pirogen endogen diketemukan dalam ekstrak jaringan hipernefroma dan jaringan Hodgkin. Belum diketahui macam zat yang mengaktifkan pembentukan pirogen endogen ini. Ada postulat bahwa ini adalah suatu bagian dari membrana sel tumor tadi, mungkin suatu antigen tumor.

Mekanisme terjadinya cachexia sebagian besar masih belum diketahui. Cachexia biasanya terdapat bersama-sama dengan anoreksia. Ia ditandai oleh astenia, kehilangan lemak dan protein tubuh, anemia serta kenaikan metabolisme basal yang diikuti dengan hilangnya enersi.

Cachexia barangkali merupakan sebab utama kematian penderita kanker. Telah diajukan beberapa hipotesa yang dimaksudkan untuk menerangkan mekanisme tersebut. Hipotesa yang termudah dapat diterima menunjukkan bahwa metabolit-metabolit tumor bukan hanya menghambat metabolisme dalam jaringan normal, melainkan juga melalui hipotalamus menimbulkan suatu efek menghambat nafsu makan.

Dalam hipotesa lain cachexia diterangkan karena kehilangan enersi melalui kenaikan glikolisis anaerob sel tumor, hingga terjadi kelebihan pembentukan laktat. Dari laktat, asam-asam amino dan lain-lain metabolit dibentuk lagi glukosa. 

Pada siklus ini banyak enersi yang hilang. Hanya kecil kemungkinan bahwa anoreksia sendiri menimbulkan cachexia. Nutrisi yang dipaksakan, baik dalam eksperimen maupun klinik, tidak dapat mencegah cachexia karena pertumbuhan tumor ganas.

Tumor-tumor jaringan non-endokrin dapat membentuk banyak macam peptida, baik bersifat hormon maupun tidak, dan protein. Dalam bab-bab lain di buku ini dibicarakan mengenai protein-protein fatal dan isoensim-isoensim. Hormon-hormon yang dibuat oleh jaringan tumor, yang disebut hormon ektopik, bisa menimbulkan banyak sindroma.

Sindroma-sindroma yang penting dapat dilihat dalam tabel V. Pengertian pembentukan hormon ektopik dapat menimbulkan kekacauan. Pada umumnya dengan istilah ini dimaksud bahwa hormon itu tidak diproduksi oleh jaringan normal yang menjadi tempat timbulnya tumor.

Ini tidak berlaku misalnya untuk tumor hati yang memproduksi eritropoetin atau untuk karsinoid bronkhus dengan produksi 5-hidroksitriptofan. Pada kedua keadaan itu, hormon-hormon tersebut diproduksi oleh sel-sel yang normal yaitu hepatosit dan sel argentafin mukosa bronkhus.

Kecuali itu ada tumor yang memproduksi dua atau tiga hormon, yang satu atau dua di antaranya adalah ektopik. Akhirnya juga dikenal beberapa tumor yang membentuk pro-hormon (misalnya ''big ACTH'' pada karsinoma bronkhus), tanpa timbulnya gejala-gejala klinik.

Dalam banyak hal sukar untuk menunjukkan produksi hormon oleh jaringan tumor secara obyektif. Bukti yang terbaik adalah jika tumor itu in vitro membuat hormon, atau jika terdapat perbedaan konsentrasi hormon itu dalam darah arterial dengan darah venosa tumor yang bersangkutan.

Ada tiga hipotesa yang berusaha menerangkan produksi hormon ektopik ini. Pertama, produksi hormon dipandang terjadi karena suatu derepresi dari informasi genetik yang ada pada tiap sel, yang dalam keadaan normal tidak sampai menjadi manifes.

Hipotesa kedua menyatakan bahwa tumor-tumor tertentu terjadi dari sel-sel yang dalam keadaan normal memang memproduksi hormon. Contoh dalam hal ini adalah tumor tiroid meduler, feokhromositoma dan tumor pulau-pulau pankreas. 

Baca juga selanjutnya Produksi ACTH (Prof. Dr. F.J. Cleton)

Akhirnya juga diajukan bahwa tumor yang memproduksi hormon ektopik itu terjadi karena fusi sel-sel tumor non-endokrin dengan sel-sel endokrin in vivo. Untuk fusi sel-sel in vivo ini belum dapat diberikan bukti yang meyakinkan. Di dalam kultur jaringan memang fusi sel dapat dengan mudah diinduksi.