Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dosis penyinaran (Prof. Dr. P. Thomas)

Dosis penyinaran (Prof. Dr. P. Thomas) - Pengertian ''dosis'' pada radioterapi dan fisika radiasi berbeda dengan ''dosis'' yang biasa dipergunakan dalam bidang kedokteran. Biasanya jika suatu obat dimasukkan, maka obat tersebut akan menyebar di dalam cairan tubuh dan jaringan (secara merata atau tidak).

Dalam fisika radiasi kita bisa mengukur secara tepat berapa dosis yang diberikan dan di mana tempatnya. Efek biologik radiasi tergantung jumlah energi yang diserap dan ini berbanding lurus dengan layaknya ionisasi yang disebabkan radiasi itu.

Kalau ruang-ruang ionisasi ditempatkan di bawah pengaruh radiasi, akan terjadi perubahan muatan. Perubahan ini berbanding lurus dengan besar energi yang diserap, dan besar energi ini sesuai dengan banyaknya radiasi.

Rontgen (R) ialah satuan dosis radiasi yang diukur di udara, yang lebih penting dalam kedokteran ialah dosis yang diabsorbsi jaringan tubuh; ini dinyatakan sebagai rad (rontgen absorbed dose), yang menunjukkan banyaknya penyinaran yang menimbulkan ionisasi yang diserap materi.

Perlu ditekankan di sini bahwa sinar yang menimbulkan ionisasi efeknya terbatas pada daerah yang disinarinya saja. Di luar daerah itu hanya ada sinar terhambur yang hanya merupakan sebagian kecil dari dosis berkas sinar itu tergantung dari jarak sampai berkas sinar.

Jadi kalau terjadi diare pada penderita yang diradiasi di daerah leher, berarti diare tersebut bukan disebabkan oleh radiasi itu sendiri.

Dosis yang diberikan tergantung faktor-faktor berikut ini :

Hubungan waktu-dosis.

Ada 2 macam cara penyinaran, yaitu :

  • Penyinaran satu kali, atau penyinaran berulang.
  • Penyinaran kontinu.

Ad 1.

Dahulu orang memberikan radioterapi dengan sekali penyinaran. Cara ini mengingatkan kita pada cara 'kauterisasi'. Pada dasawarsa pertama abad ini dilakukan percobaan pemberian radiasi dalam waktu singkat tetapi berulang-ulang, misalnya seminggu sekali.

Regaud membuktikan bahwa dosis kecil yang berulang kali lebih efektif dibanding dosis besar sekaligus, dan efek sampingannyapun lebih kecil. Cantard memberikan hasil yang jauh lebih baik : radiasi dosis terbagi ini sampai sekarang masih umum digunakan.

Ad 2.

Cara radiasi yang sama sekali berbeda dengan cara di atas adalah cara kontinu. Setelah penderita dianestesi umum, dimasukkanlah zat radioaktif (radium atau elemen-elemen lain) ke dalam tumor yang dimaksud dan ditinggal di situ selama beberapa hari. Dengan demikian diberikan radiasi rendah yang kontinu. Cara ini disebut ''radiasi yang diperpanjang''.

Kalau kita akan melakukan radiasi terhadap seseorang tak cukup kalau hanya disebut jumlah rontgen atau rad yang diberikan, melainkan jangka pemberiannya pun harus ditetapkan. Misalnya, 6.000 rad dalam waktu 6 minggu adalah dosis kuratif yang normal, kalau volume jaringan yang diradiasi tidak terlalu besar. 

Jumlah rad yang sama bisa diberikan dalam waktu yang lebih pendek kalau volume jaringan yang disinari lebih kecil. Efek biologik radiasi 6.000 rad dalam 6 minggu menjadi lebih kecil kalau periode terapinya lebih panjang, dan efek itu menjadi lebih besar kalau periodenya lebih pendek.

Volume tumor.

Suatu tumor kulit dapat disembuhkan dengan 6.000 rad sinar rontgen dari 50 kV dalam 8 hari tanpa mengganggu keadaan umum penderita. Sebaliknya, kalau seluruh tubuh penderita disinari dengan 500 rad foton, maka penderita pasti mati kalau tidak diambil tindakan khusus. Di antara dua keadaan ekstrim inilah terletak problema klinik, yang pada organ satu sama lain berbeda.

Tujuan terapi.

Tujuan terapi ikut menentukan dosis yang dipilih. Jika dengan dosis 3.000 rad selama 3 minggu terhadap metastasis tulang, sudah bisa dihilangkan gejala selama beberapa bulan, tidak perlu dosis dinaikkan. Penambahan dosis hanya akan meningkatkan efek sampingan lokal dan keuntungan tambahan sehubungan dengan tumor itu sendiri tak ada.
Jika penderita tidak lagi memiliki harapan baik, maka tidak perlu lagi dibebani dengan berbagai macam tindakan yang hanya akan menjauhkannya dari lingkungannya. Jadi penderita cukup mendapat dosis radiasi yang terbatas. Sebaiknya, jika ada harapan penyembuhan harus diusahakan pemberian dosis semaksimal mungkin, betapapun mengganggunya akibat sampingannya.