Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gangguan defekasi (Dr. C.A. de Geus)

Gangguan defekasi (Dr. C.A. de Geus) - Tiap perubahan dalam pola defekasi yang dulu normal yang tidak dapat diterangkan, merupakan suatu ''signal of danger''. Yang harus dicurigai adalah obstipasi dan diare, terutama kalau mereka timbul silih berganti, dan terutama kalau diare-diare pembusukan merupakan selingan dari pola defekasi yang normal.

Juga yang harus dicurigai adalah campuran darah dan lendir dalam tinja dan perubahan bentuk tinja. Dokter keluarga dalam hal ini harus mengadakan ''rectal toucher'' dan harus mengerjakan hal ini harus mengadakan hal ini juga pada penderita-penderita dengan hemorrhoid yang baru terjadi atau hernia inguinalis (pada orang-orang tua).

Pada diare yang sukar diterapi harus dipikirkan juga adanya karsinoma tiroid meduler. Penderita-penderita dengan keluhan kolon yang sering menggunakan Duspatal dan Salazopyrine mendapat resiko untuk tidak dicurigai lagi atas karsinoma. Pemeriksaan ''rectal toucher'' setengah tahun sekali dan beberapa kali foto kolon merupakan tindakan pengamanan yang tepat. 

Pada pengurusan yang pertama-tama diperlukan adalah anamnesa makanan, selanjutnya anamnesa tractus digestivus, menimbang berat badan dan mengikuti perkembangan berat badan ini. Suatu pemeriksaan umum akan memberi petunjuk untuk pemeriksaan yang lebih terarah.

Semua kelainan yang berdasar atas tanda-tanda peringatan ini perlu diangkat, juga perlu diperiksa patologi anatomi. Untuk diagnosa dalam daerah bersama dermatologi dan onkologi, ikhtisar pada tabel XXXV dapat memberikan pegangan. Harus diingat bahwa untuk ringkasnya pertimbangan-pertimbangan diferensial-diagnosa tidak diikutsertakan dan ikhtisarnya dibuat terbatas.

Serak. Karena serak ada yang disebabkan oleh tumor maka kalau serak hanya dihadapi dengan terapi simptomatik untuk jangka lama dapat berakibat fatal. Sesudah 3 minggu datanglah waktunya untuk menyelidiki dengan intensif penyebabnya.

Daerah yang harus diperiksa meliputi larynx, basis lidah, hypo dan nasopharynr, kemudian juga tiroid (apakah juga ada struma), esofagus (apakah ada keluhan menelan) dan paru (paresis n. recurrens). Carsinoma plica vokalis lebih cepat memberi serak daripada tumor-tumor dari struktur-struktur di sekitarnya, yang baru memberikan serak kalau plica vocalis atau salah satu dari ke 2 n.recurrentes terkena. 

Batuk. Batuk harus dicurigai kalau dari ceritera penderita batuknya makin hari makin mengganggu atau berubah sifatnya. Juga kalau ia mulai menghindari rangsang biasa dari saluran pernafasan, seperti merokok. Haruslah ditanyakan mengenai pengeluaran darah, karena kebanyakan darah ini hanya sedikit-sedikit di dalam sputum.

Masuk angin (griepjes) berulang kali dengan radang paru yang ringan, menunjukkan adanya bahaya. Kalau keluhan-keluhan berkurang dengan memberikan antibiotik, berarti bahwa radangnya telah diberantas dengan berhasil. Namun sesudah itu masih diperlukan kontrol lebih lanjut dan atau foto rontgen untuk meniadakan kecurigaan adanya penyakit yang mendasarinya.
Keluhan rasa tertekan dengan suara mencicit atau menggergaji dalam suatu daerah thorax tertentu haruslah dicurigai. Dalam kombinasi dengan batuk dapat timbul berbagai gejala-gejala yang menunjuk kepada infiltrasi suatu tumor lebih lanjut : neuralgia interkostal (dinding thorax), gangguan menelan (oesophagus), serak (n.recurrens), dyspnoe (pulmo dan n.phrenicus), sindroma vena cava superior (mediastinum), sindroma Pancoast (dari apex pulmo kedalam dinding thorax). Tidak jarang pada karsinoma bronkhus timbul gangguan-gangguan ritme jantung. Karsinoma paru yang letaknya di tepi secara klinis tidak memberikan gejala-gejala.