Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Karsinoma corpus uteri (Dr. F. Engel dan Prof. Dr. A. Schaberg)

Karsinoma corpus uteri (Dr. F. Engel dan Prof. Dr. A. Schaberg) - Karsinoma corpus uteri sangat berbeda dibanding karsinoma cervix baik dari sudut epidemiologik maupun etiologi. Jika karsinoma cervix sering kita lihat pada wanita yang relatif muda, sebaiknya frekwensi tertinggi karsinoma corpus uteri terletak dalam golongan umur antara 55-65 tahun.

Di bawah umur 40 tahun karsinoma corpus uteri jarang diketemukan. Di negeri Belanda frekwensinya diperkirakan 19 : 100.000 wanita. Bilamana frekwensi kejadian karsinoma cervix dibandingkan dengan karsinoma corpus, maka ternyata secara mondial terdapat perbedaan-perbedaan yang besar.

Di sebagian besar negara berkembang terdapat banyak karsinoma cervix dan karsinoma corpus jarang dijumpai. Di negara-negara ekonomis maju termasuk Negara Belanda perbandingan ini sama sekali barlainan : kurang dari 2 karsinoma cervix terhadap 1 karsinoma corpus.

Perbandingan ini tahun-tahun terakhir ini masih terus berubah sebagai akibat kenaikan jumlah karsinoma corpus, yang tidak dapat diterangkan sepenuhnya oleh bertambah tuanya rata-rata penduduk. Juga di negeri kecil seperti Negara Belanda perbedaan-perbedaan regional memegang peranan sepert lebih banyak karsinoma cervix di kota-kota besar dan lebih banyak karsinoma corpus di pedalaman.

Berlainan dengan faktor-faktor eksogen pada karsinoma cervix, pada karsinoma corpus faktor-faktor endogen barangkali memegang peranan penting, sebaliknya pada karsinoma corpus mungkin faktor endogenlah yang memegang peranan paling penting; konstitusi hormonal wanita itu sangat menentukan.

Karsinoma corpus lebih banyak diketemukan pada wanita-wanita dengan fertilitas rendah (kurang dari 2 anak), diabetes, hipertensi, dan wanita yang gemuk. Dari aspek hormonal terdapat beberapa persamaan dengan karsinoma pa*yudara. Penderita dengan meno-metrorhagi akibat hiperplasia endometrii yang adenomatosa lebih sering mendapat karsinoma corpus uteri.

Semakin banyak bukti menunjukkan, bahwa hormon oestrogen rupa-rupanya memegang peranan sangat penting pada kejadian karsinoma corpus uteri. Juga sangat tingginya frekwensi karsinoma corpus pada penderita tumor ovarium yang menghasilkan oestrogen, memperkuat dugaan itu.

Baru-baru ini telah dapat dibuktikan bahwa dalam jaringan lemak perifer dapat disintesa banyak oestron (berlawanan dengan oestradiol normal) yang dapat menerangkan hubungan antara kaesinoma corpus dengan adipositas. Dari apa yang telah diterangkan di atas jelaslah bahwa wanita-wanita dengan anamnesa adipositas, hipertensi, diabetes, fertilitas rendah atau gangguan-gangguan menstruasi, merupakan kelompok wanita ''high risk'' maka sehubungan dengan itu mencegah adipositas, pengobatan secara terarah gangguan-gangguan fungsi ovarium dan pengangkatan uterus pada penderita-penderita yang mengalami gangguan fungsi hormonal dapat dipandang sebagai usaha pencegahan terhadap karsinoma corpus uteri.

Suatu masalah yang belum terpecahkan ialah efek pemberian oestrogen terhadap terjadinya karsinoma corpus uteri. Meskipun frekwensi karsinoma karsinoma corpus ini lebih tinggi pada wanita-wanita yang mendapat pengobatan dengan oestrogen, belumlah dapat dipastikan bahwa di sini terdapat suatu hubungan sebab-akibat secara langsung.

Baca juga selanjutnya di bawah ini


Morfologi karsinoma corpus uteri

Meskipun demikian bila memang diperlukan disarankan memberikan hormon-hormon itu secara siklik dan dengan sangat hati-hati kepada wanita yang tergolong resiko tinggi (high risk) tersebut.