Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Etiologi dan epidemiologi kanker pa*yudara (Prof. Dr. A. Zwaveling)

Etiologi dan epidemiologi kanker pa*yudara (Prof. Dr. A. Zwaveling) - Kanker pa*yudara merupakan penyakit keganasan wanita yang paling sering dijumpai di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Negeri Belanda menduduki tempat teratas dengan dalam urutan daftar sebab kematian yang telah dikoreksi berdasarkan umur kira-kira 27 tiap 100.000 wanita setahunnya.

Angka kematian absolut di negeri Belanda mendekati 2.500 setahunnya, dan ini merupakan 4,6% dari sebab kematian pada wanita. Angka insidensi setiap tahunnya diperkirakan 75 tiap 100.000 wanita dan kira-kira 5% dari seluruh wanita Belanda memerlukan pengobatan kanker pa*yudara ini.

Sebelum umur 30 tahun kanker payudara jarang dijumpai. Sesudah umur itu secara berangsur-angsur makin banyak dijumpai kanker pa*yudara sampai umur 47 tahun, selanjutnya angka kejadian ini konstan, tetapi sesudah umur 55 tahun nampak lagi adanya kenaikan frekwensi kejadian untuk selanjutnya meningkat pesat.

Hanya saja pada golongan umur lanjut seolah-olah kelainan ini jarang dijumpai. Hal ini disebabkan oleh karena pada populasi golongan umur lanjut tidak banyak terdapat wanita. Akan tetapi insidensi sesungguhnya dalam golongan wanita umur lanjut lebih dari 250 setiap 100.000 wanita setahunnya. Frekwensi kanker pa*yudara pada wanita kira-kira 100 kali lebih besar bilamana dibandingkan dengan frekwensi pada laki-laki.

Beberapa faktor yang umumnya belum diketahui pasti memegang peranan di dalam proses kejadiannya. Dapat dipastikan bahwa hormon dalam masalah ini memiliki pengaruh, hanya saja mekanisme kejadiannya belum jelas. Wanita yang menarchenya awal sedikit banyak memiliki predisposisi menderita kanker pa*yudara, seperti halnya juga wanita yang mandul atau mereka yang hamil pertama pada usia relatif tua (pria tua).

Kehamilan dan persalinan yang terjadi sebelum umur 18-20 tahun justru merupakan proteksi bagi kemungkinan mendapatkan kanker pa*yudara. Adanya pengaruh laktasi atau siklus menstruasi dalam hal ini tidak dapat ditunjukkan. Sampai sekarang juga belum dapat ditetapkan apakah pemberian preparat estrogen dan progesteron seperti halnya obat-obat yang digunakan untuk menekan ovulasi, membawa resiko meningkatnya kejadian kanker pa*yudara.

Bahkan pada golongan wanita pemakai pil kontrasepsi lebih sedikit dijumpai kelainan pa*yudara yang bersifat jinak dibandingkan dengan golongan wanita lain yang tidak menggunakan pil. Selain faktor-faktor endogen yang telah disebutkan di atas itu, juga faktor-faktor eksogen memegang peranan dalam kejadian kanker pa*yudara. 

Terdapat perbedaan-perbedaan geografik yang besar dalam insedensi dan kematian. Bagi wanita-wanita Jepang misalnya angka kematian akibat kanker pa*yudara diperkirakan hanya sekitar 4 tiap 100.000 wanita setahunnya. De Waard (1975) mengemukakan teori mengenai 2 jenis kanker pa*yudara :

  • Tipe premenopause, yang dijumpai di seluruh dunia dan timbul akibat gangguan sistem endokrin reproduksi.
  • Tipe postmenopause, yang terutama diketemukan di negara-negara yang penduduknya memiliki cara hidup Barat.

De Waard membuat akseptabel, bahwa kanker pa*yudara tipe post menopause lebih banyak ditemukan pada wanita-wanita yang memiliki massa tubuh besar, jadi ada korelasi dengan luas permukaan badannya, yang ditentukan oleh panjang dan berat badan orang.

Namun kelebihan berat bada saja tidak dapat menerangkan masalah perbedaan kejadian kanker pa*yudara tersebut. Soal massa tubuh yang lebih besar sebagian dapat diterangkan sebagai akibat faktor makanan yang untuk Eropa Barat dan Amerika Serikat berbeda dengan bagian-bagian dunia lainnya, meskipun di negeri Belanda sendiri dapat ditunjukkan perbedaan-perbedaan dalam makanan ini.
Pada wanita yang memiliki massa tubuh besar dapat ditunjukkan adanya perbedaan dalam proses-proses endokrinon dan metabolisme, yang dapat menampakkan diri sebagai peningkatan kecenderungan terkena kanker pa*yudara.