Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pemeriksaan diagnosa

Pemeriksaan diagnosa - Inspeksi dan palpasi yang teliti pada lidah dan bagian lain rongga mulut, harus mendahului pemeriksaan klinis lain-lainnya (jangan lupa pemeriksaan dengan cermin, dan lihat juga diagnostik karsinoma dasar mulut). Terutama pada tumor-tumor yang agak besar dan menimbulkan nyeri serta tumbuh infiltratif, untuk penentuan stadium yang teliti diperlukan pemeriksaan di bawah narkose. Harus diperiksa dengan teliti ada tidaknya limfoma yang mencurigakan di leher.

Pemeriksaan laboratorik.

Ada anemia (syndroma Plummer-Vinson) ?
Fungsi hepar (gangguan karena penggunaan alkohol) ?
Reaksi Wassermann, VDRL, dll., (dengan ulkus luetika)?
Pemeriksaan Rontgen foto :
Kepala mandibula (Panorex atau ortopantomogram, pengambilan foto detail dan foto gigi-gigi).
Foto thorax (dua arah).

Diagnosa banding :

  • Kelainan-kelainan hiperplastik atau reaksi terhadap trauma (protesa).
  • Ulkus benigna (gigi-gigi karies, protesa yang tidak baik, penggunaan alkohol yang banyak).
  • Glositis lokal; glositis rhomboidea mediana.
  • Leukoplakia atau eritroplakia.
  • Ulkus leutika (kebanyakan pada punggung lidah).

Diagnosa definitif hanya didapat dengan pemeriksaan histologik. Pada umumnya mudah diperoleh jaringan yang representatif dengan menggunakan ''haptang'', dengan anestesi superfisial atau anestesia blok. Kalau diagnosa klinik sudah sangat mencurigakan, maka setelah palpasi di bawah narkose biopsi sebaiknya langsung diperiksa secara ''frozen section'', kalau perlu dilanjutkan dengan terapi bedah yang definitif dalam satu rangkaian.

Jangan dilakukan biopsi eksisi yang biasanya jarang radikal, sebelum penderita dikirim ke pusat terapi. Sebab dengan begitu team terapi akan mengalami kesukaran dalam menentukan besar tumor yang sesungguhnya dan karena itu juga dalam menentukan besar bagian lidah yang harus diterapi.

Tumor primer.

Pada umumnya lebih disukai radioterapi interstisial dan atau radioterapi eksternal. Terapi ini hanya sedikit menimbulkan mutilasi lidah, dan volume lidah dapat dipertahankan sebesar mungkin. Tumor-tumor kecil dapat diterapi bedah dengan glosektomi partial atau hemiglosektomi dan untuk tumor-tumor yang besar dapat diberi kombinasi pembedahan dan radioterapi.

Orang-orang yang banyak merokok dan minum alkohol, serta tidak dapat menghentikan kebiasaan ini, biasanya tidak tahan baik terhadap radioterapi umum ataupun lokal, oleh karena itu keadaan umumnya yang jelek dan selaput lendir mulut yang kurang perawatan.

Untuk mereka ini lebih dianjurkan pengobatan operatif. Terapi bedah dengan atau tanpa kombinasi dengan radioterapi dilakukan kalau sudah ada metastasis ke kelenjar limfe leher dan atau telah mengenai tulang. Radioterapi tidak dapat diberikan kalau sebelumnya telah pernah dilakukan penyinaran terhadap tumor primer lain di dalam rongga mulut.

Metastasis kelenjar leher.

Pengobatannya sebaiknya dilakukan secara pembedahan, yang terdiri atas disseksi kelenjar leher. Tergantung lokalisasi, besar dan jumlah kelenjar yang positif akan ditentukan apakah perlu memberikan radioterapi pre-atau postoperatif.

Pemberian sitostatika secara umum atau lokal infus intraarterial, Snow, 1966 dapat berguna sebagai bagian dari terapi kombinasi dengan radioterapi dan atau pembedahan. Kemoterapi sebagai terapi tunggal belum pernah memberikan kurasi.

Pemilihan antara berbagai kemungkinan terapi tidak hanya ditentukan oleh besar dan cara pertumbuhan tumor primer ataupun ada tidaknya metastasis kelenjar leher, tetapi juga tergantung pada faktor-faktor lain, seperti umur, keadaan umum penderita, pengalaman-pengalaman team yang merawat dan lain sebagainya.
Skema follow-up.

  • Setengah tahun pertama : tiap 3-4 minggu.
  • Setengah tahun kedua : tiap bulan.
  • Tahun kedua : tiap 2 bulan.
  • Tahun ketiga : tiap 3 bulan.
  • Tahun keempat : tiap 4 bulan.
  • Tahun kelima : tiap 5 bulan.
  • Sesudah itu : tiap setengah tahun.