Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Faktor dapat mempengaruhi pertumbuhan tumor

Faktor dapat mempengaruhi pertumbuhan tumor - Meskipun proses pertumbuhan ganas mempunyai sifat otonom, tetapi jelas dipengaruhi pula oleh beberapa keadaan yang terdapat pada organisme tuan rumah dan sebagian besar berada di luar sel tumor. Setiap tumor, bagaimanapun ''otonom''-nya, untuk dapat tumbuh tergantung dari makanan yang didapat dari sekitarnya.

Vaskularisasi yang buruk pada tumor-tumor juga akan mengakibatkan nekrosis dan kerusakan jaringan. Sebagian jaringan di sekitarnya akan menghambat pertumbuhan yang tak terkendalikan. Sampai organ, tulang, periost, tendon dan tendo vaginal untuk sementara dapat menghambat perluasan tumor.

Keadaan-keadaan lebih umum yang mempengaruhi pertumbuhan, bahkan mungkin juga mempengaruhi terjadinya tumor, adalah status hormonal dan pertahanan imunologik individu. Tentulah bukan hanya faktor-faktor tersebut yang memegang peranan dalam hal ini. Faktor-faktor ini akan dibicarakan tersendiri, karena merupakan titik tolak terapi tertentu.

Diketahui bahwa sebagian tumor ganas seperti karsinoma prostat, karsinoma payudara dan mungkin juga karsinoma endometrium, menunjukkan suatu kerentanan hormonal dan pertumbuhannya dapat dipengaruhi dengan mengubah status hormonal individu yang bersangkutan.

Karsinoma prostat kadang-kadang menunjukkan reaksi baik terhadap kastrasi atau pemberian estrogen. Karsinoma payudara kadang-kadang dapat membaik dengan pemberian hormon, kastrasi dan adrenalektomi. Pda kehamilan kadang-kadang kita jumpai sebaliknya, yaitu suatu karsinoma payudara yang telah ada kadang-kadang tumbuh lebih cepat.

Status hormonal dan terapi hormonal akan dibicarakan tersendiri dalam bab-bab yang bersangkutan dalam bagian khusus dari buku ini. Sampai waktu yang belum lama kemungkinan bahwa organisme dapat mempengaruhi pertumbuhan tumor secara immunologik tidak dianggap serius.

Sebab sel-sel tumor terjadi dalam organisme sendiri tuan rumah yang otochton, jadi mereka tentunya akan dikenal sebagai ''diri'' sendiri karena pada sel-sel itu tidak terdapat ''determinant-determinant'' antigen yang tidak ditolerir oleh organismenya.

Jadi berbeda dengan organisme-mikroorganisme yang masuk yang mempunyai ''determinant-determinant'' ini jadi akan dikenal sebagai asing oleh organisme pada pertumbuhan tumor tidak diharapkan adanya reaksi immunologik dari organisme.

Tetapi eksperimen-eksperimen transplantasi menyebabkan diketemukannya hukum-hukum immunogenetik transplantasi jaringan dan dikenalnya 'gen-gen' dominant yang menjalani segregasi menurut hukum-hukum Mendel dan kemudian dinamakan ''gen-gen histokompatibilitas'' atau ''H-gen-H-gen''.

Antigen-antigen yang terdapat pada sel-sel tumor yang menginduksi reaksi immunitas, disebut ''Tumor Specific Transplantation Antigens'' (TSTA) atau ''Tumor Associated Transplantation Antigenecity'' (TATA). Sebagaimana ditunjukkan oleh kata transplantasi, percobaan-percobaan yang menunjukkan antigen-entigen ini berhubungan dengan transplantasi tumor-tumor dalam suatu suku yang murni.

Jadi penerima-penerima yang sehat sekonyong-konyong dikonfrontasikan dengan sel-sel tumor. Dengan ini jelas bahwa antigen-antigen tumor yang berada dalam tuan rumah yang ctochton jadi terikat kepada tumor yang terjadi dalam organisme itu, dan menginduksi reaksi immunitas sebenarnya bukanlah antigen-antigen transplantasi yang sungguh-sungguh tetapi untuk mudahnya disebut demikian.

Pada tumor-tumor yang dituymbuhkan secara eksperimental timbulnya antigen-antigen ini tergantung daripada agens yang menyebabkan pertumbuhan tumor itu. Tumor-tumor eksperimental sebagai akibat infeksi virus mempunyai antigen-antigen permukaan yang ditentukan di kode oleh genom virus.

Vaksin-vaksin yang dibuat dari sel-sel tumor demikian kadang-kadang dapat melindungi binatang-binatang lain terhadap aktivitas onkogen dari virus tadi. Tumor-tumor yang diinduksi oleh karsinogen-karsinogen kimiawi dan fisik berlainan reaksinya. Sel-sel tumor yang terjadi akibat satu rangsangan karsinogen, hanya menunjukkan antigenisitas bersama yang lemah.

Jika dalam hal ini antigenisitas spesifik meningkat, maka ini dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan yang besar dalam batas populasi sel-sel tumor. Tumor-tumor yang ditimbulkan oleh suatu karsinogen non-virus dalam suatu binatang antigenisitasnya dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan besar.

Ada dua macam reaksi immunitas. Ada reaksi humoral artinya ada ''antibodies'' yang dibuat ditujukan terhadap TSTA, dan ada reaksi selluler, artinya sel-sel tumor dapat dihancurkan oleh sel-sel limfoid spesifik. Barangkali destruksi sel-sel tumor merupakan proses yang amat rumit dengan peranan yang sinergistik dari sel-sel T-limfosit, B-limfosit dan makrofag-magrofag. 

Immunitas terhadap tumor-tumor solide terutama berdasar atas aktivitas T-limfosit-T-limfosit. 'Antibodies' yang dibuat oleh B-limfosit-B-limfosit barangkali mempunyai kemampuan menghancurkan sel-sel tumor yang beredar. Meskipun dibuktikan adanya daya penolakan imunologik terhadap tumor yang tumbuh dalam suatu organisme, namun sel-sel tumor dapat juga lolos dari reaksi ini.

Jalan untuk lolos yang dapat ditunjukkan secara eksperimental, yang tentunya sedikit banyak juga terdapat pada manusia mungkin ada tiga macam. Mereka dapat terjadi pada tingkat interaksi tuan rumah sel tumor pada tingkat sel tumor, dan pada tingkat tuan rumah.

Pada tingkat tuan rumah tumor percobaan-percobaan menghancurkan sel tumor dengan reaksi imunologik menunjukkan bahwa mekanisme ini hanya dapat mengenai sel-sel tumor yang terbatas jumlahnya, dan tingkat reaksi imunitas yang terjadi sangat tergantung dari kekuatan rangsang antigenetik sel-sel tumor tersebut.

Hal ini berbeda pada tumor yang satu dengan yang lain. Dapat digambarkan bahwa tumor yang tumbuh cepat dan mempuyai antigenistas sedang, dengan mudah dapat menembus rintangan imunologik. Pada tingkat sel tumor, kita berhadapan dengan beberapa kemungkinan teoretik :

1. Sel tumor sementara tidak mempunyai akspresi antigenik, yang spesifik untuk tumor. Ini kita sebut modulasi.
2. Terdapat hilangnya antigenitas, karena hilangnya determinan-determinan genetik, atau akibat perubahan-perubahan epigenetik.
3. Kadang-kadang tampak interaksi antara limfosit-limfosit yang disensibilisasi secara spesifik oleh antigen, dan sel-sel tumor terhambat. Efek blokade ini mungkin disebabkan oleh antibodi-antibodi atau kompleks-kompleks antigen antibodi yang ada.

Pada tingkat tuan rumah pengawasan imunologik yang menurun memegang peranan. Dengan pengawasan imunologik dimaksud kemampuan organisme yang lebih tinggi untuk melindungi diri dengan mekanisme-mekanisme imunologik terhadap sel-sel tumor dari organisme itu sendiri yang selalu dapat terjadi sebagai akibat transformasi sel.

Obat-obatan tertentu di antaranya kortikosteroid dan sitostatika dan juga sinar-sinar pengion, mengurangi aktivitas aparat imunologik. Juga pada proses menua, aktivitas ini berkurang dan ini menyebabkan kurangnya pengawasan imunologik. Karena populasi sel tumor biasanya tidak homogen, maka oleh adanya pengawasan tersebut suatu bagian tertentu dari populasi tadi dapat dieliminasi, sehingga yang lainnya justru mendapat kesempatan lebih baik dan dapat menginfiltrasi atau juga membentuk metastasis.

Baca juga selanjutnya di bawah ini


Sebab-sebab terjadinya kanker

Betapa pentingnya aparat imunologik pada manusia dalam mencegah dan menghambat pertumbuhan tumor hal ini belum jelas. Hal-hal yang menunjuk ke arah ini adalah lebih seringnya terdapat tumor-tumor ganas pada orang-orang yang menggunakan obat-obatan yang menghambat aparat imunologik, pada orang-orang dengan defisiensi imunologik kongenital dan pada umur lanjut. Terapi yang didasarkan atas penolakan imunologik akan dibicarakan dalam bab tersendiri.